DAERAHKisah

Cerita Sedih Dibalik Tenggelamnnya Tasbih di Areal ‘Wae Pellae’ Kampala Sinjai

×

Cerita Sedih Dibalik Tenggelamnnya Tasbih di Areal ‘Wae Pellae’ Kampala Sinjai

Sebarkan artikel ini

SINJAI, Suara Jelata—Tak tahan menahan air mata ini, mendengar cerita ibu dari Tasbih, korban tenggelam di sungai sekitar obyek wisata ‘Wae Pellae’ yang terletak Di Desa Kampala, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai.

Sehari sebelum kejadian (5/6), pada sore hari, mereka sekeluarga berkumpul di teras rumahnya. Dalam perbincangan mereka, dia (Tasbi) menyampaikan ciri-ciri orang yang sudah dekat ajalnya dilihat dari warna kukunya.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Katanya, kalau kuku seseorang sudah berwarna putih semua, itu tandanya kalau ajalnya sudah dekat. Dia sempat memeriksa kuku semua anggota keluarga yang ada di rumahnya.

Malam harinya, ia menanyakan kuburan kakeknya yang meninggal di laut. Dia tanyakan Karna setahunya kuburannya tidak pernah diziarahi. Dia juga menanyakan omnya yang meninggal setelah jatuh ke dalam sumur.

Saat itu, ibunya menjelaskan kalau omnya itu lahir di awal bulan hijriyah, menurut pengetahuan orang tua terdahulu. Orang yang lahir di awal bulan biasanya cepat meninggal.

Dia pun bilang, kalau begitu saya juga akan cepat meninggal karna saya lahir di awal bulan.
Malam itu, sepanjang malam dia tidak bisa tidur.

2 kali dia membangunkan mamanya (Sakka) untuk makan. Hingga pada jam 4.00 dini hari, dia memanggil mamanya untuk shalat subuh. Mamanya bilang, belum tiba waktu shalat subuh nak, baru jam 4.