DAERAHKisah

Cerita Sedih Dibalik Tenggelamnnya Tasbih di Areal ‘Wae Pellae’ Kampala Sinjai

×

Cerita Sedih Dibalik Tenggelamnnya Tasbih di Areal ‘Wae Pellae’ Kampala Sinjai

Sebarkan artikel ini

Lalu dia meminta mamanya duduk bersamanya di depan tv sambil menunggu waktu shalat subuh tiba. Masih pagi buta, dia bergegas mau pergi mengambil rumput gajah untuk makanan ternak di tempat yang agak jauh dari rumahnya.

Dia bilang, kalau yang dekat kan mama bisa ambil sendiri, biar saya mengambil yang jauh dari rumah.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Sebenarnya hari itu dia mau berkunjung ke rumah kakaknya bersama mama dan kakak tertuanya.

Tapi karena sepupunya bersama temannya yang dari Makassar mau jalan-Jalan ke Wae Pellae dan mau foto-foto, maka dia batalkan rencananya dan berangkat ke Wae Pellae sebagai tukang potret.
Setelah shalat dhuhur sekitar jam 1, dia meninggalkan rumah.

Sebelum dia meninggalkan rumah, sempat 2 kali membalikkan badannya mengingatkan mamanya agar melaksanakan shalat.

“Massompajangi Emma.” “Iya nak, jawab mamanya. Dia ulang lagi, ” Assompajangi le Emma.”

“Ba nak, massompajang mua itu cina’.”