PUISI, Suara Jelata—Gonggongan suara sumbang membahana dalam kesenduan malam.
Tercabik di lingkaran derita sang pecandu nestapa, kulihat dia semakin terpojok.
Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca
Anyaman bambu disela semilir dinding gubuknya, semakin hari semakin berjatuhan menjadi ratapan anai.
Sementara raungan merdu dibalik tembok setebal gulungan kusut, terus mengunung dalam kicauan pongahnya.
Jelata memang tak pernah mengeluh, hanya mereka yang selalu menguras peluhnya.
(Zhar)