DAERAHNews

Cegah Corona, Lockdown Mandiri di Yogya Dinilai Susahkan Rakyat Kecil

×

Cegah Corona, Lockdown Mandiri di Yogya Dinilai Susahkan Rakyat Kecil

Sebarkan artikel ini
Gotong-royong warga lakukan penyemprotan disinfektan

YOGYAKARTA, Suara Jelata— Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, tidak mempermasalahkan keputusan warga melakukan lockdown di tingkat pedukuhan atau tingkat Rukun Warga (RW).

Hanya saja, warga tidak benar-benar menutup dan mengisolasi kampung sehingga sama sekali tidak ada pergerakan.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

“Silahkan saja lakukan karantina mandiri, asal tidak mengisolasi kampung dan warga sulit bergerak,” ujarnya kepada awak media menanggapi banyaknya pedukuhan atau RW melakukan lockdown mandiri di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sebagaimana diketahui, sudah sepekan ini beberapa warga melakukan lockdown di lingkungan mereka. Akses jalan di lingkungannya ditutup sehingga warga yang datang atau tamu, tidak bisa masuk.

Lockdown yang dilakukan warga tersebut, sebagai upaya dalam mencegah penyebaran virus corona yang saat ini semakin hari jumlah yang dinyatakan positif, terus bertambah.

Selain lockdown, warga juga melakukan sterilisasi kampung mereka dengan menyemprot cairan disinfektan. Guna membasmi virus yang bertebaran khusus untuk mencegah virus corona yang sedang mewabah.

“Kita semprot cairan disinfektan dulu baru kita tutup akses jalan agar tidak bebas orang keluar masuk,” beber sejumlah warga di wilayah Kecamatan Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (1/4/2020).

Namun dibalik tindakan lockdown mandiri tersebut, rupanya tidak mendapat dukungan dari warga pekerja harian. Seperti penjual gorengan, penjual bakso maupun buruh harian.

Halnya dengan Tuti (41), penjual gorengan di Jalan Raya Minggir – Moyudan. Menurutnya, sejak lockdown di daerahnya, ia kehabisan logistik untuk keluarganya. Pasalnya, penghasilan yang diandalkan dari jual gorengan setiap sore hingga malam.

“Saya sekarang lumpuh total ini. Tidak ada penghasilan masuk, makanya sudah dua hari keluarga saya, hanya makan mi instan karena tidak bisa jualan,” keluhnya.

Dia berharap, lockdown mandiri yang diterapkan tersebut, perlu dikaji ulang. Karena menurut Tuti, dirinya tidak sama dengan pegawai yang penghasilannya dijamin pemerintah dan jelas setiap bulan.

“Lockdown-lockdown, kita rakyat kecil yang sudah. Mencegah virus, kan bisa jaga jarak, pakai alat pelindung diri dan hidup bersih,” tandasnya.

Laporan: Mhmd