GOWA, Suara Jelata— Jika senja dapat merubah wujud rindu jadi ingatan masa lalu, maka setiap angin yang meniup jingga jadi gelap bisa menjelma puisi.
Penguasa punya wewenang memainkan kata jadi korupsi, setiap pujangga punya cara merubah kata jadi puisi, menjadikan puisi layaknya mawar dengan aroma menusuk sukma. Seperti jarum, oksigen, atau apa-apa saja yang tajam, meresapi darah, menyatu dalam degup jantung seorang perempuan.
Inilah yang dipegang teguh oleh Akbar.G atau yang lebih akrab di panggil Emil. Akbar.G yang merupakan alumni Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIP) Muhammadiyah Sinjai yang kini berubah nama menjadi Universitas Muhammadiyah Sinjai Jurusan Ilmu Pemerintahan Tahun 2014, kembali menelurkan karya fenomenal sebuah buku antologi puisi yang berjudul “Negeri Ngeri Para Penipu”.
Buku ini ditulis bersama Darni A. Sadduna yang merupakan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako pada bulan November Tahun 2020 lalu.
“Negeri Ngeri Para Penipu adalah sebuah keresahan yang lahir dari pemikiran. Keresahan itu harus dituliskan. Sebab yang tercatat akan teringat, yang terucap akan lenyap” ungkapnya. Kamis, (25/02/2021).
Sebelumnya, Emil mengeluarkan buku yang berjudul Sajak-sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir (2020). Selain itu, karyanya pernah dimuat dalam buku Kenangan Dalam Genangan (Antologi Puisi 2020), Pesan Untuk ibu (Antologi Cerpen dan Puisi 2020).
Selain itu pula, Emil rajin mengirimkan tulisan berupa opini ke media online lokal maupun nasional.
Aisyah














