BeritaDAERAHRecipes

Jemunak, Jajanan Legendaris Khas Ramadan Asli Muntilan

×

Jemunak, Jajanan Legendaris Khas Ramadan Asli Muntilan

Sebarkan artikel ini

MAGELANG JATENG, Suara Jelata – Setiap daerah memiliki makanan dengan cita rasa khas yang menawarkan kelezatan bagi siapa saja. Ada pula makanan unik yang hanya ditemui di daerah tertentu, bahkan hanya pada waktu tertentu pula.

Contohnya Jemunak, makanan asli Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Makanan sejenis getuk ini memiliki kelezatan khas dan hanya bisa ditemui di wilayah itu pada bulan Ramadan.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Jemunak merupakan makanan berbahan singkong dan beras ketan. Dimasak secara telaten dan disajikan dengan siraman cairan gula merah dan taburan parutan kelapa di atasnya.

Seperti dituturkan Kasmirah (53) anak dari almarhumah Mbah Mujilah, cucu buyut Mbah Mulyodinomo, pada awalnya Jemunak dibuat oleh kakek buyut keluarga Mbah Mulyodinomo. Keluarga ini tinggal di Dusun Karaharjan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Hingga kini keahlian turun-temurun itu tetap dilestarikan oleh keluarganya. Kasmirah merupakan generasi ke-5 pelestari Jemunak dari leluhurnya.

Diceritakan, nama Jemunak muncul ketika dahulu kakek buyutnya dari Mbah Mulyodinomo setiap ngaji membawa beberapa bungkus makanan yang dibuatnya sendiri. Usai ngaji makanan yang dibawanya itu dibagi-bagikan kepada jamaah lain.

Para jamaah mengatakan: “Ngaji nemu panganan enak (ngaji mendapat makanan enak)”, kemudian disingkat menjadi Jemunak untuk menamai makanan buatan kakek buyut Mbah Mulyodinomo tersebut.

Sejak Mbah Mujilah meninggal beberapa waktu lalu, maka Kasmirah yang membuat Jemunak dibantu suami dan anak-anaknya.

Dibutuhkan 25 kilogram tepung ketela, 5 kilogram beras ketan, 5 kilogram gula Jawa, dan 5-6 butir kelapa. Dengan bahan itu bisa dibuat sekitar 1.000 bungkus Jemunak.

“Namun saat ini paling hanya membuat 750 bungkus,” kata Kasmirah, Minggu (17/04/2022) saat ditemui Suara Jelata.

Proses pembuatannya, mula-mula beras ketan dimasak tahap pertama. Sementara ketela diparut kasar (Jawa:dikokrok) kemudian dikukus, dan di atasnya ditumpangi beras ketan yang dimasak tadi. Setelah matang, keduanya dimasukkan dalam lumpang batu dan ditumbuk dengan antan hingga lembut dan kenyal.

Setelah campuran lembut dimasukkan dalam panci dan siap dibungkus dengan daun pisang, sebelumnya disirami ‘kinca’ (cairan gula Jawa) dan ditaburi parutan kelapa.

Untuk menjaga cita rasa Jemunak, Kasmirah enggan menggunakan kompor. Dia tetap memasak Jemunak dengan menggunakan tungku berbahan bakar kayu seperti dilakukan leluhurnya.

Untuk memasarkan Jemunak, sudah banyak pedagang yang datang membeli baik dikonsumsi maupun dijual lagi. Jemunak buatan Bu Kasmirah dapat ditemui di warung dadakan (musiman) Ramadan di pinggir-pinggir jalan, sekitar Muntilan.

Rasanya yang legit dan lezat membuat Jemunak digemari dan dicari penggemarnya setiap Ramadan tiba. Harganya pun murah dan terjangkau, saat ini harga Jemunak Rp 2.500 per bungkus. (Iwan)