KUDUS JATENG, Suara Jelata – Wangi kembang dan aroma dupa terasa begitu kental nuansa sakral religi di Dukuh Jambean, Desa Purworejo, Kecamatan Bae Kudus, saat jelang kirab Ketupat, Sabtu (29/04/2023). Sejak semalam warga desa Purworejo berduyun-duyun mendatangi Masjid Jami Al-Hikmah guna mengumpulkan ketupat lepet yang sudah matang untuk disusun menjadi gunungan.
“Selanjutnya akan dikirab menuju Sendang Jodo pagi ini,” jelas Chamid, Kepala Desa Purworejo, Sabtu (29/04/2023).
Setelah sampai di Sendang Jodo, semua warga masyarakat Desa Purworejo yang mengikuti kirab Ketupat ini melakukan doa bersama. Memohon keselamatan, dimudahkan segala urusannya, dilancarkan rezekinya dan didekatkan jodohnya.
“Untuk warga baik pria maupun wanita yang belum berjodoh,” imbuh Kades menerangkan.
“Puncak acara ini adalah ibu-ibu PKK memotong-motong ketupat yang sudah diberi wejangan doa dicampur dengan sayur untuk dinikmati makan bersama di seputaran Sedang Jodo,” pungkas Chamid.
Di tempat yang sama Jamari (65) Sesepuh Desa Purworejo menceritakan mitos asal usul Sendang Jodo. Berawal dari rasa kagum dua putri raja yaitu Den Ayu Sunti dan Den Ayu Tarwiyah menemukan sendang yang jernih airnya dengan rimbun pepohonan yang rindang.
“Maka kedua putri raja ini meluapkan kegembiraan dengan mandi di sendang ini. Alhasil setelah mereka mandi dirasakan paras yang cantik serta kulit yang putih mulus makin terasa bersinar memancarkan aura bening. Hal itu membuat makin elok nan cantik dan semakin berbinar kulit putih mulusnya,” terang Janari.
Maka bersabdalah mereka, barang siapa anak cucu turunan Desa Purworejo yang mau lakukan ritual mandi di sendang ini akan diberi keselamatan, kesehatan (awet muda). Serta dilancarkan rezekinya dan dimudahkan jodohnya bagi yang masih lajang baik pria maupun wanita.
“Reja rejaning jaman, Dukuh Jambean Desa Purworejo dadi Kutha. Sendang iki aku jenengi Sendang Jodo, (majunya zaman, Dusun Jambean menjadi kota. Sendang ini aku beri nama Sendang Jodo, red),” ungkap Jamari menirukan dalam bahasa Jawa. (Als)