KLATEN JATENG, Suara Jelata – Ketua Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI)Jawa Tengah, Azmi Majid menyatakan bahwa begitu komplek permasalahan yang ada di wilayah Jawa Tengah.
“Sebagai contoh, masalah pendidikan, faktor terbesar yang membuat anak putus sekolah adalah permasalahan biaya,” kata Azmi, dalam Raker SKI Klaten di kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Minggu (30/7/2023).
“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah wajib mengawal kebijakan pendidikan, baik perencanaan penganggaran serta berkoordinasi komprehensif dengan para pemangku kebijakan,” lanjutnya.
Azmi menekankan tingginya angka anak putus sekolah di beberapa daerah di Jawa Tengah harus menjadi perhatian serius pemerintah, baik di daerah maupun provinsi.
Saat ini, menurut Azmi, di Jawa Tengah usia 16-18 tahun yang seharusnya berada di bangku SMA sederajat, ternyata 67,9 persen tidak sekolah. Dan itu, kata Azmi, cukup tinggi angkanya.
Disebutkan, ada sekitar 16.000 siswa dari 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang putus sekolah, ini yang menjadi catatan minus sehingga IPM Indeks Pembangunan Manusia Jawa Tengah jeblok di klasifikasi rendah.
Melihat sisi pendidikan saja Jawa Tengah tertinggal apalagi di sektor ekonomi, Jawa Tengah masuk dalam wilayah miskin ekstrim. Melihat kondisi Jawa Tengah yang sedang tidak baik-baik saja, maka pihaknya mengajak masyarakat Jawa Tengah untuk bertekad bangkit dan bergerak bersama untuk perubahan Jawa Tengah lebih baik.
“Inilah bentuk keresahan masyarakat Jawa Tengah, harus diakui apa adanya seperti itu. Dan jawabannya adalah adanya gerakan perubahan melalui proses politik Pilpres 2024,” tandas Azmi Majid salah satu tokoh penggerak perubahan Jawa Tengah ini.
Sementara itu, Ketua SKI Klaten, Samidi bertekad bersama relawan SKI, parpol pengusung dan pendukung, relawan Anies Baswedan lainnya beserta masyarakat perubahan akan terus berjuang untuk memenangkan arus perubahan ini, yakni dengan memenangkan Anies Baswedan pada pemilihan Presiden 2024 nanti. (Olam)
