KUDUS JATENG, Suara Jelata – Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus dan sekitarnya tampak penuh oleh warga yang menonton pagelaran ketoprak, Minggu (17/12/2023) malam. Pentas kesenian tradisional itu digelar sebagai sarana sosialisasi cukai rokok, dipentaskan grup Ketoprak Marsudi Budoyo asal Desa Mberugenjang, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.
Tampak hadir dalam acara sosialisasi cukai tersebut Sidiq Gandi dari Kantor Bea Cukai Kudus, Ery Rahayu Sekretaris Kominfo Kudus. Juga hadir Muhammad Noor Kades Jurang, segenap Perangkat Desa Jurang, BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya Sidiq Gandi dari Kantor Bea dan Cukai Kudus mengatakan, bahwa sosialisasi cukai menggunakan media ketoprak itu bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT).
Menurutnya, sosialisasi menggunakan media kesenian cukup bisa menarik antusias banyak warga untuk ikut menyaksikan. Hal ini terbukti ribuan warga yang hadir menyaksikan kegiatan pagelaran Ketoprak pada malam itu.
“Dengan pentas seni budaya Ketoprak supaya masyarakat tertarik dan kumpul, dengan adanya media pertunjukan kesenian rakyat seperti ketoprak ini. Tentu masyarakat akan senang hati datang menonton ketoprak yang juga ada sosialisasi cukainya,” katanya.
Lebih lanjut Gandi menambahkan, dalam sosialisasi ini masyarakat jadi tahu terkait DBHCHT, penggunaan dana cukai, cukai asli, cukai palsu, rokok ilegal dan lainnya.
“Selain ketoprak, kami juga menggandeng kesenian rakyat lainnya, yakni wayang kulit dan wayang orang,” imbuh Gandi.
Gandi mengatakan, sengaja memilih kesenian rakyat sebagai media sosialisasi cukai, agar banyak masyarakat yang hadir untuk menonton. Dengan banyaknya masyarakat yang datang, maksud dari sosialisasi cukai tentu bisa tersampaikan dan tepat sasaran.
“Semakin banyak warga yang hadir tentu lebih bagus. Sehingga pesan sosialisasinya tersampaikan. Warga yang menonton jadi tahu terkait cukai resmi, cukai palsu, maupun cukai bekas. Termasuk pengertian tentang rokok ilegal. Tak hanya itu, dengan menggandeng kesenian rakyat, sosialisasi ini juga menggeliatkan perekonomian para pekerja seni yang dua tahun mati suri karena pandemi,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jurang Muhammad Noor mengungkapkan, bahwa kegiatan Ketoprak pada malam hari ini adalah tentang sosialisasi cukai yang diselenggarakan di lapangan Desa Jurang.
“Kami hanya ketiban sampur. Kami atas nama Pemerintah Desa Jurang mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Yang telah memberikan kepercayaan untuk pagelaran seni Ketoprak dilaksanakan di Desa Jurang, sehingga warga kami dapat menikmati gelaran tersebut, juga dapat mengais rezeki,” katanya.
Pagelaran seni budaya Ketoprak pada malam hari dari grup Ketoprak Marsudi Budoyo (KMB) asal dari Desa Mberugenjang, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, dengan lakon “Geger Putat Slawe: Labuh Tresno Sebaya Pati”.
Sekedar informasi, dalam cerita atau lakon “Geger Putat Slawe: Labuh Tresno Sebaya Pati”. Alkisah di Kabupaten Ngawi ada suatu padepokan yang diasuh oleh Ki Hajar Sidikoro yang mempunyai puteri cantik bernama Mustikasari.
Kabar kecantikan Mustikasari telah menyebar ke mana-mana hingga sampai ke Kadipaten Barat. Sang Adipati pun berniat mempersuntingnya, namun di tengah perjalanan berpapasan dengan rombongan Raden Sanggoro dari Kademangan Jagaraga yang juga bermaksud melamar Mustikasari. Terjadilah kesalahpahaman hingga kedua rombongan berkelahi.
Karena banyak pemuda dan berbagai kalangan yang bermaksud melamar Mustikasari, maka Ki Hajar Sidikoro menyerahkan sepenuhnya kepada Mustikasari untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan Mustikasari meminta waktu 40 hari untuk menentukan calon pendamping hidupnya. Ternyata Mustikasari memilih Adipati Maospati, Tumenggung Sidarto.
Itulah inti cerita lakon “Geger Putat Selawe: Labuh Tresno Sebaya Pati”. Sebuah kisah sederhana, satu dari ribuan lakon Ketoprak yang ada. (Als)