GOWA SULSEL, Suara Jelata – TBM Nurul Jihad menggelar Sosialisasi Sadar Lingkungan Hidup (Solingkuh) dengan mengusung tema “Olah Kotoran Ternak Sapi Oleh Pemuda Masa Kini”, Selasa (15/10/2024). Sosialisasi dihadiri oleh 20 masyarakat yang berada di kampung Parang Bebbu, Desa Tabbinjai, Parang Bebbu, Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Ketua Umum TBM Nurul Jihad, Emil mengatakan kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan dan penggunaan kotoran sapi.
“Dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk kompos/organik pada lahan pertanian mampu menjaga kesuburan tanah dan bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Adapun alat yang dibutuhkan ialah, pertama cangkul dan sekop untuk mengambil kotoran sapi dan mengaduk bahan kompos hingga tercampur rata. Kedua, gerobak untuk memindahkan kotoran sapi ke tempat yang ditentukan.
Ketiga, ember untuk mengencerkan larutan EM4, Molasses dan air secukupnya. Keempat, gembor untuk menyiram hasil larutan ke campuran kotoran sapi dan sekam padi. Kelima, terpal untuk meletakkan dan menutup adukan kompos.
“Adapun bahan yang dibutuhkan ialah, pertama kotoran sapi sebanyak 100 kilogram, kedua sekam padi sebanyak 25 kilogram. Ketiga, EM4 sebanyak 100 mililiter dan Molasses sebanyak 100 mililiter dan air secukupnya,” terang Emil.
Lebih lanjut, Emil menjelaskan cara pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak. Dijelaskan, untuk cara pembuatan pupuk kompos ialah pertama, bahan kompos disiapkan seperti kotoran sapi di bawah dan sekam padi di atasnya. Kedua, larutkan cairan EM4 dan Molasses ke dalam air. Ketiga, hasil larutan disiramkan merata di atas bahan kompos yang ada dan aduk bahan kompos sampai rata.
“Keempat atur kelembapan kompos sebesar 60% dengan ciri bila digenggam tidak pecah, tidak ada tetesan air, tangan tidak basah, dan apabila kurang lembap ditambah air secukupnya. Kelima, bahan yang sudah diaduk ditutup dengan terpal. Keenam, lakukan pembalikan kompos setiap minggu dan pengecekan proses pengomposan dilakukan pada hari ketiga,” terang Emil.
“Apabila terasa panas maka terjadi proses pengomposan, proses pengomposan berlangsung selama 3 minggu. Ketujuh, setelah 3 minggu kompos sudah jadi ditandai dengan bahan kompos tidak panas dan tidak bau,” imbuhnya.
Menurut Emil, ciri-ciri lain kompos sudah jadi dan baik adalah warna kompos coklat kehitaman, aroma kompos yang baik tidak menyengat, tetapi mengeluarkan aroma seperti bau tanah atau bau humus hutan. Kemuidian apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal.
Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah,” pungkas Emil. (Wahyuni)