BeritaDAERAH

Aksi Demo AKM Soal Pengangkutan Sampah di Area Pasar, Ini Penjelasan Kadis LH

×

Aksi Demo AKM Soal Pengangkutan Sampah di Area Pasar, Ini Penjelasan Kadis LH

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate, Muhammad Syafei Baay, S.T., M.T. (foto: Ateng)

KOTA TERNATE MALUT, Suara Jelata Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate saat ini fokus melakukan proses pengurangan sampah di area pasar. Diketahui, volume sampah organik yang bersumber dari sayur-sayuran mentah dan buah-buahan yang membusuk dari para penjual di area pasar baik Pasar Higienis maupun Pasar Barito volumenya sangat signifikan.

Volume sampah dalam jumlah besar tersebut sempat disuarakan para demonstran dari Advokasi Komoditi Malut (AKM) dalam aksi demonstrasi yang digelar Senin, (11/11/2024). Sebelumnya AKM sempat menggelar pertemuan dengan Pj Walikota Ternate, Tahmid Wahab bersama Kadis Perindag dan UPT Pasar.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Menyikapi aksi para demonstran tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate, Muhammad Syafei Baay, S.T., M.T. mengambil langkah bijak menemui para demonstran. Dikatakan Syafei, mereka para demonstran mempertanyakan proses pengangkutan sampah di area belakang Pasar Higienis.

“Selama ini kita tetap fokus melakukan pelayanan dan itu bersifat rutin. Cuma, pelayanan pengangkutan sampah di area belakang pasar, khususnya di bagian utara, berlangsungnya pada malam hari atau sebelum pukul 21.00 WIT,” ungkap Syafei.

Dikatakan Syafei, waktu pengangkutan tersebut alasannya karena pada pagi, siang hingga sore, mobilitas masyarakat penjual dan pembeli sangat padat. Dengan demikian, akses keluar masuk mobil angkutan sampah sangat ribet.

“Ini bedanya dengan bagian selatan pasar yang memiliki akses jalan yang luas. Untuk bagian ini, khususnya di belakang Pasar Barito, sampah bisa diangkut pada siang hari,” tandasnya.

Syafei menyebutkan, setelah dilakukan identifikasi masalah terkait tumpukan sampah tersebut ternyata ditemukan bukan hanya sampah organik berupa sisa-sisa sayuran mentah dan buah-buahan yang membusuk tapi juga peti-peti bekas sebagai wadah penyimpanan buah.

“Kondisi ini menyebabkan volume sampah melebihi daya tampung kontainer. Pada akhirnya sampah-sampah tersebut sebagiannya berserakan atau terbuang keluar kontainer. Praktis kondisi ini mempengaruhi mobil sampah dalam melakukan manuver pengangkutan,” jelas Syafei.

Sampah Organik Sebagai Bahan Pakan Sapi dan Pupuk

Upaya pengurangan sampah adalah hal yang perlu dilakukan. Olehnya itu DLH menurut Syafei, akan melakukan rapat bersama Dinas Perindag, UPT Pasar, Dinas Pertanian atau Bidang Peternakan termasuk Dinas Perhubungan.

“Hal penting yang nanti kita bicarakan adalah pengurangan sampah. Pengurangan ini akan bersentuhan dengan pemilahan,” ujarnya.

Oleh karena volume sampah organik yang besar, jika nanti dilakukan pemilahan secara tepat akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Sampah-sampah organik berupa sisa-sisa sayuran mentah tersebut bisa dijadikan pakan sapi termasuk bisa dibuat pupuk.

Hal ini juga berlaku untuk peti-peti bekas yang berbahan bambu. Barang buangan tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembuatan tempat sampah. Menurut Syafei, tinggal bagaimana inovasi pembuatnya. Produk seperti ini jelas memberikan nilai tambah secara ekonomis apabila dijual ke konsumen.

“Kita nanti menyepakati perlunya kontainer khusus untuk sampah organik dan anorganik di area pasar. Terkait pemilahan itu menjadi tanggungjawab UPT Pasar. Mereka bisa menunjuk person yang bertugas mengedukasi penjual untuk memilah sampah,” tukas Syafei.

Untuk Dinas Perhubungan, pihaknya nanti meminta mereka untuk membuka akses jalan belakang demi memudahkan pekerjaan pengangkutan pada siang hari. (Ateng)