News

Dakwah di Era Digital, Saatnya Da’i Jadi Konten Kreator Dengan Misi Langit

×

Dakwah di Era Digital, Saatnya Da’i Jadi Konten Kreator Dengan Misi Langit

Sebarkan artikel ini
Basmawati, Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIAD Sinjai, Sulawesi Selatan. (foto : dok. Pribadi)

Suara Jelata Dunia saat ini sedang mengalami revolusi digital yang luar biasa. Bukan lagi soal siapa yang paling pintar berbicara di atas mimbar, tapi siapa yang paling mampu berbicara di layar-layar ponsel, layar laptop, dan layar dunia.

Generasi sekarang, khususnya Gen Z dan Alpha, lebih mengenal istilah subscribe, like, dan comment daripada istilah-istilah Kitab Kuning. Dalam situasi seperti ini, media dakwah tidak bisa lagi hanya hadir dalam bentuk konvensional, namun harus masuk ke dunia yang sedang trend, yaitu dunia Konten Kreator (content creator). 

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Dewasa ini, dakwah harus bersaing dengan konten-konten viral, dari konten prank, podcast selebritas, hingga drama percintaan ala TikTok. Maka, tantangannya adalah bagaimana membuat nilai-nilai keislaman yang mendalam menjadi relatable, tidak kaku, dan tetap mengena.

Di sinilah kreativitas menjadi keniscayaan, di mana seorang da’i atau lembaga dakwah modern harus mampu memadukan antara substansi agama dan teknik komunikasi digital. Dakwah yang dulu hanya lewat ceramah satu arah, kini harus mampu berkembang ke dalam bentuk storytelling, vlog, infografis, hingga reels berdurasi 60 detik.

Lihat saja trend dakwah kekinian yang menyisip dalam video motivasi, diskusi isu sosial, bahkan sketsa komedi. Pesan kebaikan bisa dibalut dengan humor, bisa dibungkus dalam cinematic short movie, atau disampaikan lewat Q&A interaktif di Instagram Live. Ini bukan bentuk pelecehan terhadap nilai agama, melainkan bentuk adaptasi terhadap cara komunikasi umat manusia masa kini. Nabi Muhammad pun menyampaikan wahyu dengan bahasa yang sesuai dengan budaya dan realitas masyarakat Arab saat itu. Maka kini, tugas kita adalah menyampaikan ajaran Islam dengan “bahasa digital” yang dimengerti generasi hari ini.

Bukan berarti semua orang harus menjadi YouTuber atau influencer, tetapi setiap orang, apalagi pendakwah, harus paham bahwa media sosial adalah medan dakwah yang sangat strategis. Platform seperti TikTok, Instagram, hingga Podcast di Spotify bisa menjadi mimbar baru tempat orang mencari jawaban, inspirasi, dan petunjuk hidup. Dakwah kini bukan hanya soal isi, tapi juga soal kemasan.

Namun perlu dipahami pula, kemasan tanpa isi hanya akan menghasilkan hiburan kosong. Maka, tantangan terbesarnya adalah menjaga esensi di tengah gemerlap eksistensi. Para Da’i Digital harus tetap berlandaskan ilmu, akhlak, dan kejujuran. Tidak terjebak dalam mengejar views, viewer dan followers semata, tetapi fokus pada impact dan pesan langit yang dibawa ke bumi.

Akhirnya, dakwah hari ini harus menjadi bagian dari ekosistem digital yang sedang tumbuh, yaitu mendidik tanpa menggurui, menghibur tanpa melenceng, dan mengajak tanpa memaksa. Dalam dunia yang penuh distraksi, dakwah harus menjadi oase, bukan hanya karena apa yang disampaikan, tapi karena bagaimana dan di mana materi itu disampaikan.

Mari jadikan media dakwah bukan hanya alat, tapi gerakan. Gerakan spiritual dalam format digital. Sebab hari ini, yang menguasai konten, bisa membentuk arah peradaban. Artinya, siapa yang menguasai hati manusia melalui layar, bisa membuka jalan menuju cahaya. (*)

Penulis:
Basmawati
Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIAD Sinjai, Sulawesi Selatan