NewsPENDIDIKAN

Mahasiswa KKN Unhas Buat Inovasi Dapur Ramah Lingkungan di Desa Massaile Sinjai ‎

×

Mahasiswa KKN Unhas Buat Inovasi Dapur Ramah Lingkungan di Desa Massaile Sinjai ‎

Sebarkan artikel ini
Tim KKN berharap program ini tidak berhenti pada masa pengabdian mereka saja, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan/ist

Sinjai, Suara Jelata—Sampah organik, khususnya limbah kulit buah menjadi permasalahan umum yang belum terkelola optimal di banyak daerah termasuk di Desa Massaile, Kabupaten Sinjai.

‎Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah sisa makanan mendominasi komposisi sampah nasional, mencapai sekitar 39% hingga 41,69% dari total timbulan.

‎Menyikapi hal ini, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Hasanuddin meluncurkan sebuah program inovatif yang tidak hanya mengatasi persoalan limbah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.

‎Program yang diberi tajuk “Nature’s Clean Sparkle: Kreasi Sabun Cuci Piring Alami Berbasis Kulit Buah, Wujudkan Dapur Bersih dan Komunitas Mandiri” ini berfokus pada pemanfaatan limbah kulit pisang dan kulit jeruk sebagai bahan dasar sabun cuci piring.

‎Humas KKN Posko 114 Putri Ramadhani menjelaskan melihat potensi besar pada limbah kulit buah yang selama ini hanya dibuang.

‎Menurut penelitian oleh (Darajat, 2023), kulit pisang mengandung saponin, senyawa alami yang mampu menghasilkan busa sehingga efektif digunakan sebagai agen pencuci.

‎”Hal ini menjadi dasar ilmiah mengapa kulit pisang sangat potensial sebagai bahan utama sabun cuci piring kami” tambahnya.

‎Selain itu, kulit jeruk juga dimanfaatkan untuk memberikan aroma segar dan minyak esensial.

‎Pelaksanaan program diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan praktik langsung pembuatan sabun di Aula Kantor Desa Massaile.

‎Warga diajarkan tahapan demi tahapan, mulai dari pengolahan kulit buah menjadi ekstrak, pencampuran dengan bahan pendukung seperti Texapon dan ekstrak jeruk nipis, hingga proses pengentalan dan pengemasan.

‎Proses ini dirancang agar mudah diikuti dan dipraktikkan secara mandiri di rumah.

‎Dampak yang diharapkan dari program ini sangatlah multifaset. Secara lingkungan, program ini secara signifikan mengurangi volume limbah organik yang menumpuk, berkontribusi pada lingkungan desa yang lebih bersih dan sehat.

‎Dari segi ekonomi, masyarakat mendapatkan keterampilan baru untuk memproduksi sabun cuci piring sendiri, yang tidak hanya menghemat pengeluaran rumah tangga, tetapi juga membuka peluang usaha mikro baru.

‎“Kami sangat senang dengan pelatihan ini. Sekarang kami tahu limbah dapur bisa jadi sabun, bahkan mungkin bisa dijual,” ujar Ayu salah seorang peserta pelatihan.

‎Tim KKN berharap program ini tidak berhenti pada masa pengabdian mereka saja, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan.

‎Masyarakat Desa Massaile diharapkan dapat terus memproduksi sabun cuci piring ini secara mandiri, menciptakan sumber pendapatan berkelanjutan, serta menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan dan kesejahteraan komunitas.