BeritaDAERAHKesenian

Era Modern, Merti Dusun Trisip Tetap Gelar Wayang Kulit

×

Era Modern, Merti Dusun Trisip Tetap Gelar Wayang Kulit

Sebarkan artikel ini
Pergelaran wayang kulit pada acara Merti Dusun Trisip, Tampirwetan, Candimulyo, Magelang, Senin (18/08/2025). (foto: Narwan)

MAGELANG JATENG, Suara Jelata Meski di tengah era modern dan serba digital, tradisi Merti Dusun Trisip, Desa Tampirwetan, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang tetap menggelar kesenian tradisional wayang kulit. Pergelaran itu menciptakan suasana syukur yang kental dan hangat masyarakat setempat, Senin (18/08/2025) siang hingga malam.

Acara tahunan Merti Dusun yang di Dusun Trisip biasa disebut Auman, merupakan tradisi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan panen hasil bumi.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Pergelaran wayang kulit berlangsung sehari semalam. Pada siang hari, dengan Dalang Ki Bayu dari Pewayangan Sari Laras, Talaman Sawangan, membawakan lakon “Dewi Mulih”, yang mengisahkan Dewi Sri sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.

Sementara pada malam harinya, Dalang Ki Hendri Sukoco menampilkan lakon “Pandhu Swarga”, yang sarat makna kehidupan dan keteladanan. Pergelaran dua sesi ini berlangsung meriah dan penuh kekhidmatan.

Hadir dalam kesempatan itu tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda-pemudi, ibu-ibu PKK, serta masyarakat Dusun Trisip dan sekitarnya.

Turut hadir pula Kepala Desa Tampirwetan, Wahyu Hantoro, bersama perangkat desa setempat, Bhabinkamtibmas Candimulyo Aipda Darwoto, serta Babinsa Peltu Afripanto dan Wahyu Tri Wibowo.

Semangat gotong-royong warga terlihat nyata, dari persiapan hingga pelaksanaan acara. Merti Dusun Trisip bukan hanya menjadi wujud syukur, tetapi juga bukti nyata komitmen masyarakat dalam melestarikan seni dan budaya Jawa di tengah arus modernisasi.

Salah satu warga Trisip, Edi Santoso (53) mengapresiasi kegiatan tahunan tersebut yang tetap menggelar wayang kulit. Pergelaran itu menunjukkan sikap warga yang tetap melestarikan kesenian tradisional sekaligus menjadi warisan budaya leluhur.

“Masyarakat Dusun Trisip ingin kaum muda turut melestarikan budaya daerah. Sehingga setidaknya setahun sekali Dusun Trisip tetap menggelar wayang kulit. Kami gelar dalam rangkaian acara Merti Dusun,” ujar Edi. (Nar)