KOTA TERNATE MALUT, Suara Jelata – Keberadaan anak jalanan (Anjal) dan perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah problem sosial yang perlu mendapat penanganan pemerintah. Apalagi jika keberadaan mereka harus menggunakan fasilitas ruang publik yang sesungguhnya fasilitas tersebut harusnya diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat. Bukan sebaliknya untuk kepentingan anak jalanan dan PSK.
Seperti halnya fasilitas Ruang Tunggu Terminal Gamalama yang menjadi ikon Kota Ternate. Fasilitas yang terlihat megah tersebut malah dijadikan tempat mangkal para anak jalanan dan PSK.
Keberadaan mereka menuai sorotan tajam dari masyarakat. Pasalnya, fasilitas ruang tunggu terminal yang berfungsi sebagai tempat duduk dan singgah para warga yang telah usai berjualan atau berbelanja di pasar dan hendak mengakses moda transportasi darat, malah ruang tunggu tersebut dijadikan tempat nongkrong dan tidur para Anjal dan PSK.
Dalam pantauan awak suarajelata.com, keberadaan para Anjal tersebut baik perempuan maupun laki-laki rata-rata termasuk anak di bawah umur atau anak usia SMP.
Diwawancarai awak suarajelata.com, Senin (03/10/2025), Kepala Seksi Teknis Terminal Gamalama Kota Ternate, Arifin Usman mengatakan, jumlah Anjal di terminal lebih dari 30 anak Keberadaan mereka berasal dari Kota Ternate, bahkan ada juga yang berasal dari luar daerah.
“Hampir semuanya berasal dari keluarga broken home,” ujar Arifin.
Arifin menyebutkan pihaknya sering melakukan penertiban terhadap Anjal. Bahkan menurutnya sudah dilakukan berulang kali, tapi tetap saja membandel mangkal di terminal.
“Kami akan segera berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perhubungan untuk tindak lanjut penanganan masalah ini. Bahkan kami juga siap bekerjasama dengan Polres Ternate, Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Ternate,” ucapnya.
Keberadaan Anjal dan PSK ini selain menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu ketertiban sosial, mereka juga sering mengonsumsi miras di Ruang Tunggu terminal.
Fasilitas Terminal Gamalama yang baru dibangun Pemerintah Kota Ternate kurang lebih tiga tahun lalu, dan sempat dilakukan pengecatan oleh Dinas Perhubungan dua bulan kemarin. Namun kini kembali terlihat kotor lantaran ulah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. (Ateng)
