DAERAHPeristiwa

Curah Hujan Tinggi, Enam Desa di Kecamatan Larangan Dikepung Banjir, Ribuan Rumah Terendam

×

Curah Hujan Tinggi, Enam Desa di Kecamatan Larangan Dikepung Banjir, Ribuan Rumah Terendam

Sebarkan artikel ini
Tampak seorang pengendara mendorong motornya yang mogok, usai menerobos genangan banjir. (foto : ist).

BREBES JATENG, Suara Jelata Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Brebes menyebabkan enam desa di Kecamatan Larangan terendam banjir.

Enam desa tersebut meliputi Desa Slatri, Sitanggal, Rengaspendawa, Karangbale, Kedungbokor, dan Siandong.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Dari keenam desa itu, Desa Siandong menjadi wilayah yang terdampak paling parah, dengan sekitar 2.000 rumah warga terendam banjir setinggi lutut orang dewasa.

Tidak hanya rumah, sejumlah tempat ibadah seperti mushola juga turut tergenang air.

Pantauan di lokasi, sejumlah titik jalan di Desa Siandong masih tergenang air dengan ketinggian mencapai lutut orang dewasa.

Tampak, beberapa warga tampak membantu mendorong kendaraan yang mogok saat melintasi genangan air tersebut.

Camat Larangan Eni, saat mendampingi kunjungan Plh Bupati Brebes Wurja di Desa Siandong, membenarkan bahwa enam desa di wilayahnya terdampak banjir. Namun, kondisi air kini berangsur surut.

“Alhamdulillah di keenam desa tersebut saat ini air sudah surut,” ujar Eni, Rabu (12/11/2).

“Dari enam desa itu, Desa Siandong terdampak paling parah. Ada sekitar 2.000 rumah warga yang terendam banjir,” imbuhnya.

Sementara itu, Rien (48), warga Desa Siandong, mengatakan bahwa banjir semacam ini hampir terjadi setiap tahun, terutama saat curah hujan tinggi di wilayah selatan Brebes.

“Airnya datang cepat banget dari arah selatan. Baru hujan dua jam, langsung masuk ke pekarangan,” ujarnya.

Menurut Rien, air banjir datang dari aliran sungai kecil yang berhulu di wilayah Kamal, Pamulihan, hingga Sirampog.

Kini, kata Warga kawasan tersebut banyak dibuka menjadi lahan pertanian, menggantikan hutan yang dulunya rimbun.

“Sekarang gunung atas sana gundul. Air hujan langsung ngucur ke bawah, gak ada yang nahan,” tambah Jumadi (55), warga lainnya.

Selain faktor kiriman air dari wilayah atas, warga juga menyoroti saluran air di desa yang dangkal dan jarang dinormalisasi.

Banyak drainase yang tersumbat lumpur dan sampah, sehingga air tidak bisa cepat mengalir ke sungai utama.

“Udah lama gak dikeruk. Dulu katanya mau dibenerin, tapi gak jadi-jadi,” keluh Warsini, warga setempat.

Menurut Warga beberapa titik tanggul sungai kecil di sisi barat desa juga diketahui mengalami kerusakan sejak banjir tahun lalu.

Namun hingga saat ini, tanggul tersebut belum mendapatkan perbaikan.

Mereka berharap pemerintah segera melakukan normalisasi sungai dan perbaikan tanggul agar banjir tidak terus berulang setiap musim hujan. (Olam).