MALUKU UTARA, Suara Jelata – Perolehan hasil yang belum memuaskan oleh kontingen kafilah Maluku Utara (Malut) dalam ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits Nasional (STQHN) ke-28 Tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi pelajaran berharga. Diketahui, sedari awal sebelum ajang tersebut dihelat, seluruh kontingen Malut baik peserta, official, pelatih dan pendamping yang berjumlah kurang lebih 40 orang, kesemuanya memiliki target lolos 3 besar.
Namun hasil tak seperti harapan, dalam penjurian STQHN yang berlangsung pada 9 hingga 19 Oktober 2025, Malut hanya bisa bertengger di posisi 10 besar.
Diwawancarai awak suarajelata.com, Sabtu (15/11/2025, Kepala Bagian Bina Mental dan Spritual pada Biro Kesra Setda Malut yang juga Sekretaris Kontingen, H. Fadli Muhammad, mengatakan, peserta untuk Mata Lomba Tilawah yang menjadi mata lomba andalan Malut hanya bisa bersaing di peringkat 10 besar. Mereka adalah peserta Tilawah tingkat remaja dan dewasa terpaksa harus mengakui keunggulan peserta dari provinsi lain yang sukses ke tahap selanjutnya.
Menurutnya, jika ditelusuri ke belakang, faktor penyebabnya adalah kurangnya pembimbingan, pembinaan dan pendampingan peserta di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Faktor tersebut menjadi pemicu anjloknya prestasi.
“Di daerah lain, pembinaan, pembimbingan dan pendampingan dilakukan secara intensif, berkelanjutan dan terspesifikasi pada potensi, bakat dan minat. Sementara kita di Maluku Utara, terkesan kurang intensif. Pada akhirnya hasilnya kurang memuaskan,” ujar H. Fadli.
Ia mengatakan, dari segi potensi, peserta dari Malut sebenarnya tidak kalah dengan provinsi lain. Nilai yang didapatkan juga tidak beda jauh bahkan rata-rata nilai peserta di atas 90.
“Ini menandakan peserta dari Malut punya kualitas dan ini menjadi potensi yang baik, hanya saja pola pembinaan dan pembimbingan yang kurang intens berdampak potensi tersebut tidak mengalami peningkatan signifikan,” ujarnya.
“Di DKI Jakarta, pembinaannya itu di RCA. Ini untuk persiapan STQH tingkat kota dan provinsi serta tingkat nasional. RCA adalah salah satu sentra Qur’an LPTQ provinsi di DKI Jakarta,” imbuhnya.
Ke depan, di Maluku Utara, menurut H. Fadli, yang perlu dilakukan adalah pembimbingan, pembinaan dan pendampingan generasi muda, pelajar dan santriwan santriwati oleh lembaga pendidikan dasar dan menengah dan pesantren.
H. Fadli sangat mengapresiasi kurikulum BTQ (Baca Tulis Qur’an) yang menjadi program Pemkot Ternate dan kemudian diikuti daerh lain di Maluku Utara.
“Saya berharap prestasi yang belum maksimal kemarin, ke depannya akan lebih baik. Karena itu, peran lembaga pendidikan formal, sekolah dan pesantren harusnya menjadi sentra utama untuk mencetak generasi Qurani,” ungkapnya.
Mantan Plt Kepala Bidang Kesra pada Setda Provinsi Maluku Utara ini juga mengatakan, dengan STQH, pihaknya ingin membangun peradaban umat Islam yang berakhlakul Karimah. Dengan STQH akan lahir generasi Qurani yang tidak hanya mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, tetapi juga mengerti isi kandungan ajaran Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Ateng)















