Kota Ternate – Curah hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang masih melanda wilayah Maluku Utara. Dengan kondisi seperti ini, Stasiun Badan Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate pada beberapa hari kemarin menggelar pertemuan secara virtual dengan beberapa unit pengelola pelabuhan yang ada di sejumlah Kabupaten/Kota. Pertemuan ini dilaksanakan guna menyepakati penundaan aktifitas pelayaran dalam kondisi cuaca yang tidak memungkinkan saat ini.
Ditemui awak media,(Selasa, 10/1/2023),Kordinator Bidang Data Dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate, Setiawan Sri Raharjo menjelaskan, kondisi Maluku Utara saat ini memiliki dua puncak musim penghujan yakni di bulan desember – januari dan di bulan mei – juni. Ini dipicu dengan kondisi geografis Maluku Utara hingga masuk dalam katagori pola hujan dengan tipe equatorial.
Disebutkan Setiawan, saat ini wilayah Maluku Utara memasuki fase puncak musim hujan pertama di bulan desember – januari.
” Sejak tanggal 5 kemarin, kita telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem. Progressnya sampai tanggal 9,10 dan 11, kita bersama Prakirawan melihat potensi cuaca masih mengalami kondisi ekstrem. Ini masih terjadi di beberapa daerah dalam wilayah Provinsi Maluku Utara, baik dari curah hujannya, kecepatan angin hingga tinggi gelombang laut ” ungkap Setiawan.
Menurutnya, kondisi seperti ini karena wilayah Maluku Utara mengalami efek Lanina. Ini adalah kondisi tekanan yang ada di Pasifik Timur dibanding dengan daerah di Pasifik Barat ( Indonesia, lebih spesifik di Maluku Utara) itu lebih dingin dari Pasifik Timur sehingga memicu pergerakan kondisi masa udara menuju ke Pasifik Barat. Tambah Setiawan, pemicu lainnya adalah suhu permukaan laut, baik di laut Halmahera maupun laut Maluku mengalami anomali atau penyimpangan.
Penyimpangan ini bernilai positif, bahkan sampai dua derajat dari nilai normal disetiap bulannya. Kondisi ini menyebabkan kelembaban udara di Maluku Utara pada bulan januari mengalami peningkatan pertumbuhan uap air.
Selain faktor – faktor tersebut, faktor lainnya adalah di bulan januari tepatnya di tanggal 5 dan 6 kemarin ada pusat tekanan rendah di Australia Utara bahkan kemudian dilanjutkan dengan adanya siklon di perairan Australia Timur Laut.
Sampai saat ini juga terjadi pusat tekanan rendah di perairan Philipina juga di bagian utara perairan Papua. Kondisi tersebut yang menyebabkan wilayah di Maluku Utara mengalami belokan angin hingga kecepatan angin bertambah.
Setiawan juga menambahkan, tingginya gelombang laut Maluku Utara dalam beberapa hari ini perlu diwaspadai karena ada peningkatan proses pembentukan awan hujan yang cukup kuat.
Kondisi ini bakal memicu terjadinya awan petir. Potensi awan petir ini menurut Setiawan akan berdampak adanya angin kuat secara vertikal yang biasanya dinamakan puting beliung.