BREBES JATENG, Suara Jelata – Beberapa pengembangan potensi peternakan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah selama kurun waktu 5 tahun diantaranya, domba Sakub, sapi Jabres, padang penggembalaan maribaya, pengembangan biorektor kapal selam, pengembangan itik dan telor asin dan optimalisasi Rumah Potong Hewan (RPH) ruminansia dan unggas.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas DPKH Kabupaten Brebes, drh Ismu Subroto M.Si kepada suarajelata.com di Kantornya, Selasa (31/1/2022).
Mengenai domba Sakub, menurut Ismu Subroto, populasi domba di Kabupaten Brebes sebanyak 140.499 ekor dengan jenis berupa domba Sakub, domba PEG, domba ekor tipis dan domba Texel.

“Domba Sakub merupakan domba unggulan dari Brebes yang telah mendapatkan SK dari Menteri pertanian,” kata Ismu Subroto.
Tentang penetapan rumpun domba Sakub, lanjut Ismu,. DPKH Kabupaten Brebes memiliki unit pembibitan teknis domba Sakub yang berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan.
“Bobot badan jantan dewasa bisa mencapai 100 kg, sedangkan betina 85 kg. Pada tahun 2022 DPKH Brebes bekerjasama dengan Fakultas peternakan UGM Yogyakarta dalam kegiatan pengembangan smart village pembibitan domba Sakub di Kecamatan Paguyangan dan Sirampok,” terangnya.
Dijelaskannya, domba Sakub merupakan domba hasil kawin silang antara domba Texel, Merino, Sulfok dan domba lokal sejak tahun 80-an dan menghasilkan domba yang beda, unik, seragam dan stabil.
Selain dagingnya lezat, kata Ismu, domba Sakub juga memiliki bulu yang lebat dan bisa dibuat kerajinan tangan, kotorannya pun bisa dijadikan pupuk.
Selain itu, guna untuk menyediakan data populasi dan penyebaran domba Sakub secara aktual. DPKH juga melakukan digitalisasi kegiatan pembibitan domba Sakub di Desa Pandansari dan Wanareja dengan meluncurkan sebuah aplikasi Ndoro Kojo.
Untuk itu, pihaknya menggandeng PT Telkom Indonesia yang akan menjadi tonggak awal menuju kesejahteraan masyarakat pertanian peternakan.
“Program ini untuk memudahkan pelayanan dan mensejahterakan petani ternak karena aplikasinya nanti mulai dari populasinya, stok ternaknya dan pemasarannya nanti kita siapkan dengan aplikasi Ndoro Kojo. Ini bisa menjadi lebih mudah dan lebih sejahtera, karena konsumen bisa langsung bertransaksi dengan petani ternak,” ujarnya.
Dengan saluran komunikasi tersebut, lanjut Ismu, bisa menjangkau ke khalayak. Dengan demikian untuk mewujudkan dan pengoperasionalannya aplikasi Ndoro Kojo tidak akan mengalami hambatan di wilayah yang notabene di daerah pegunungan.
“Jadi nantinya pembibitan domba Sakub harus dikeroyok, mulai dari wisatanya, segi ekonominya dari UMKM dan perbankan,” pungkasnya. (Olam)

 
							














