Sinjai, Suara Jelata—-Universitas Islam Ahmad Dahlan (UIAD) Sinjai menjadi kebanggaan Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Arifuddin Ahmad menyampaikan itu dalam wisuda perdana kampus itu.
Wisuda yang dihelat di Auditorium H.M. Amin Said UIAD itu merupakan wisuda bersejarah karena perdana dihelat selama kampus itu beralih dari institut menjadi universitas. Jumlah wisudawannya mencapai 493 orang.
Arifuddin mengatakan, jumlah wisudawan yang lebih banyak dibanding perguruan tinggi Muhammadiyah dan swasta lainnya itu merupakan indikator kemajuan.
“Di kabupaten, walau ada dua kampus besar Muhammadiyah di Sinjai, tapi bisa mewisuda hampir 500 orang. Ini prestasi yang luar biasa,” ungkap dia.
Tidak hanya itu, Ia juga mengaku bangga atas kualifikasi dosen UIAD dan dijadikannya kampus itu sebagai pilot project oleh Kopertais Wilayah VIII, sebagaimana dilaporkan oleh rektor.
Dalam rangka peneguhan Risalah Islam Berkemajuan, Arifuddin menegaskan, para pengelola kampus Muhammadiyah dan alumni harus melakukan pengkhidmatan keumatan.
Pengkhidmatan itu dengan menjunjung tinggi akhlak mulia dan menciptakan rasa ukhuwah.
“Karena ukhuwah bisa mewujudkan kehidupan damai. Dengan kehidupan damai, orang berpikirnya terbuka, dan orang yang berpikiran terbuka akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang inovatif dan kreatif, yang itulah modal untuk maju,” kata dia.
Lebih lanjut, ungkap dia, pengkhidmatan keumatan juga meniscayakan pelayanan berkualitas. Ia berharap, layanan berkualitas itu tidak hanya bagi pengelola UIAD, tetapi juga tata nilai yang menjadi khas kampus itu.
“Pelayanannya harus menunjukkan, siapa pun bagian dari UIAD, apalagi alumni, maka di masyarakat harus menunjukkan teladan, nilai-nilai ke-Islaman dan berkualitas. Bagi yang bekerja harus menunjukkan mutu dan kredibel, memiliki kompetensi, memiliki kapasitas. Dengan itu, ia menjadi unggul,” kata dia.
Ia menekankan, UIAD jangan hanya menjadi stempel untuk mendapat gelar sarjana dan magister, tetapi juga memberikan kekhasan, yaitu Islami dan berkualitas, saat berkhidmat bagi umat.
Selanjutnya, Arifuddin Ahmad juga menekankan terkait pengkhidmatan kebangsaan. Ia memastikan, dengan itu, Persyarikatan tidak hanya berpikir terkait pengkhidmatan bagi warga Muhammadiyah saja, tapi juga berpikir bagaimana hidup berdampingan dan maju bersama.
“Muhammadiyah mendirikan perguruan tinggi, rumah sakit, layanan sosial, bukan untuk meng-Islam kan semua orang, apalagi me-Muhammadiyahkan semua orang, tetapi sebagai bentuk kepedulian dalam rangka berbangsa dan sebagai bagian dari kemanusiaan,” tegas dia.
Guru Besar Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar itu juga membincang terkait pengkhidmatan kebangsaan, global, dan masa depan.