BeritaDAERAHEkonomi

Atasi Dampak El Nino, KWT Desa Gunungsari Terapkan Sistem Irigasi Tetes

×

Atasi Dampak El Nino, KWT Desa Gunungsari Terapkan Sistem Irigasi Tetes

Sebarkan artikel ini

MAGELANG JATENG, Suara Jelata Dampak El Nino sangat dirasakan oleh petani khususnya di Desa Gunungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Hujan yang mulai turun di akhir November kemarin hanya beberapa hari saja.

Terhitung sudah hampir 2 minggu terakhir tidak turun hujan di wilayah Kabupaten Magelang. Akibatnya banyak petani yang kerepotan menyiram tanaman cabai.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Tidak luput pula Kelompok Wanita Tani (KWT) Sejahtera, Desa Gunungsari yang menerima program Pekarangan Hortikultura Lestari (PHL) tahun 2023 dari Kementerian Pertanian ikut merasakan dampaknya. Tanaman yang ada di lahan pekarangan dan demplot KWT juga terancam mengalami kekeringan.

Sistem irigasi tetes menggunakan selang untuk menyiram tanaman sayuran. (foto: Wahyudi/Narwan)

Untuk mengatasi dampak tersebut penyuluh pertanian mencoba memberikan alternatif solusi dengan memanfaatkan teknologi irigasi tetes sederhana. Teknologi ini menggunakan serangkaian peralatan berupa tampungan air dari ember besar dan selang drip yang sudah berlubang dengan jarak antar-lubang 30 cm.

“Dengan menggunakan teknologi ini petani tidak repot untuk menyiram tanaman satu persatu, tinggal isi penuh ember dengan air maka semua tanaman akan terairi dengan merata,” kata Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Windusari, Wahyudi, S.ST, Kamis (21/12/2023).

Selain praktis, teknologi ini juga sangat hemat air dan hemat waktu. Untuk satu tanaman sayuran kira-kira membutuhkan 1 liter air setiap hari supaya bisa tumbuh dengan optimal.

“Selain itu kita coba untuk tahun ini tidak lagi menggunakan polibag. Akan tetapi menggunakan pot supaya lebih awet dan mudah dipindahkan,” ujar Wahyudi.

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Desa Gunungsari, Nova Widyasari, menambahkan bahwa
PHL merupakan sebuah program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk mengoptimalkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

“Anggota KWT penerima kegiatan PHL sejumlah 20 orang telah menerima fasilitas berupa bibit sayuran, media tanam berupa pot, peralatan irigasi tetes dan pupuk. Selain itu ada bangunan rumah benih dan kebun demplot yang dikelola bersama,” terangnya.

Setiap anggota, lanjut Nova, diwajibkan memiliki minimal 50 tanaman sayuran di setiap lahan pekarangan. Sedangkan demplot dikelola kelompok sebagai tempat belajar dan usaha bersama.

“Harapannya ketika setiap rumah memiliki sumber pangan sayuran maka kebutuhan gizi keluarga akan terpenuhi. Juga sedikit mengurangi pengeluaran keluarga untuk berbelanja sayuran,” pungkas Nova. (Nar)