DAERAH

Rencana Pemkab Brebes Adakan FBM Tuai Kritik Aktivis, Mahfudin : Pawai Agustusan  bakal tergusur

×

Rencana Pemkab Brebes Adakan FBM Tuai Kritik Aktivis, Mahfudin : Pawai Agustusan  bakal tergusur

Sebarkan artikel ini

BREBES JATENG, Suara Jelata Rencana Pemerintah Kabupaten Brebes menggelar acara Festival Bawang Merah (FBM) dalam rangka memperingati HUT RI ke-79 menuai kritik sejumlah aktivis. Salah satunya Mahfudin dari Lembaga Masyarakat Jaga Kali (Masjaka).

Adapun hal itu lantaran kegiatan karnaval yang biasa diselenggarakan tiap bulan Agustus kini ditiadakan.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Menurutnya,  mata acara yang dijadikan perayaan real hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus adalah pawai Agustusan.

“Begitu biasanya respon warga Kabupaten Brebes setiap masuk bulan Agustus,” kata Mahfudin, Rabu (7/8/2024).

Dikatakannya ,pawai Agustusan berisi karnaval kemajuan yang tengah dicapai oleh dinas atau lembaga pendidikan dalam bentuk kreasi seni yang diarak dan ditonton oleh warga Kab Brebes.

“Tentu saja pawai Agustusan menyedot perhatian mayoritas warga,” katanya.

Disamping itu,lanjut dia, pawai Agustusan berdampak positif bagi pelaku usaha lain yang menopang acara ini. Seperti, tukang rias atau salon ketiban order. Rental busana (tradisional), pedagang asongan, tukang sound sistem, pemilik kendaraan tukang parkir, tukang ojek dan lain-lain turut menikmati berkah perayaan HUT RI.

“Khususnya di acara pawai Agustusan itu. Kini mereka akan gigit jari sambil ketiban asap kenalpot dan tebaran abu musim kemarau di bulan Agustus tahun 2024 ini,” ujarnya.

Namun di tahun ini, pawai Agustusan yang legend itu dipaksa mengalah untuk digantikan oleh Festival Bawang Merah (FBM).

Lantas apa alasan Pemkab Brebes, menurut Mahfudin, alasan pertama kemacetan di jalan nasional, jalan Jendral Sudirman Kabupaten Brebes. Pawai Agustusan dan FBM itu bentuknya arak-arakan dan akan ditonton banyak orang dalam jumlah besar, itu tentu akan membuat jalan nasional itu macet. Oleh karena itu pawai Agustusan ditiadakan.

Sedangkan alasan kedua, agar tidak bersinggungan dengan pemilihan bupati  (pilbup) Brebes 2024 yang akan diselenggarakan, maka pawai Agustusan ditiadakan. Sementara FBM diprioritaskan.

Alasan kedua ini yang menurutnya membuat semua tergelitik. Seolah-olah pentas FBM dalam agenda HUT RI ke-79 di Kabupaten Brebes steril dari kepentingan pilbup Brebes tahun 2024 ini.

“Justru kita wajib curiga FBM ‘nrosol’ masuk dalam agenda perayaan HUT RI di Kabupaten Brebes,” kata dia.

“Mari kita ingat-ingat kapan pertama kali FBM diselenggarakan? Mbah Google beri informasi, 21 Juli 2023 FBM pertama ada di Kabupaten Brebes. Tentu acara ini ikuti-kutan dari festival hasil pertanian di Kabupaten/Kota lain,” bebernya.

“Apabila mengikuti sejarah tentunya FBM diselenggarakan di bulan Juli. Mengapa tahun 2024 ini diselenggarakan dalam bulan Agustus? Ada nggak terkait pilbup Brebes 2024? Para anasir pilbup menggunakan ajang Agustusan untuk menampilkan popularitas oknum yang diselundupkan,” sambungnya.

Dikatakan, kalau FBM adalah acara mandiri “made in” ABMI mengapa Dinas Pertanian harus merogoh koceknya sampai ratusan juta.  Sementara FBM memiliki RAB satu milyar rupiah lebih.

Oleh karena itu, lanjutnya. Pertama, FBM  boleh diselenggarakan tetapi disisipkan dalam giat pawai Agustusan yang biasanya diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus. Pawai Agustusan tetep digelar.

“Kedua FBM secara berkelanjutan silakan diadakan pada bulan Juli seperti pertama diselenggarakan di Kabupaten Brebes itu. FBM sama sekali berbeda dengan sedekah bumi jika kita mau belajar sejarah,” pungkasnya.(Olam).