MALUKU UTARA, Suara Jelata – Dua permasalahan utama yang dihadapi Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Malut) di bidang ketenagakerjaan yaitu masalah pengangguran terbuka dan minimnya skill yang dimiliki para tenaga kerja.
Dalam sambutan pada acara wisuda Global Science Institute (GSI), Sabtu (02/11/2024), Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Malut, Dr. Marwan Polisiri, M.PH mengatakan, target penurunan pengangguran terbuka berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Malut tahun 2024 adalah 4,59 persen. Adapun data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Malut tahun 2024 adalah 4,16 persen.
Dengan capaian tersebut, menurut Marwan, angka pengangguran terbuka di Malut mengalami penurunan sekalipun tidak signifikan. Secara umum, menurut Marwan angka pengangguran terbuka di Malut untuk setiap tahun mengalami penurunan.
Disebutkan Marwan, di Maluku Utara saat ini terdapat kurang lebih 1.066 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan 99.635 karyawan atau tenaga kerja.
“Di sektor tambang, jumlah pekerjanya ada 70 persen dari total 99.635 orang pekerja,” ujarnya.
Dari jumlah tersebut, klasifikasinya adalah 60 persen berasal dari orang asli Malut, kemudian 30 persennya adalah orang Indonesia di luar Malut dan 9,6 persen adalah tenaga kerja asing.
“Mereka para pekerja ini tersebar di Obi, Kabupaten Halmahera Selatan kemudian Weda, Halmahera Tengah dan Kao Malifut, Halmahera Utara,” sebutnya.
Ia mengatakan, kehadiran perusahaan tambang di Malut menjadi salah satu faktor pembuka lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi tingginya pengangguran terbuka.
Selain angka pengangguran terbuka, problem lainnya adalah isu skill atau keterampilan kerja. Dalam konteks ini menurut Marwan, rata-rata 60 persen pekerja yang berasal dari Malut di beberapa perusahaan, pekerjaannya mereka lebih pada general worker atau pekerja non skill.
“Saya berterimakasih kepada GSI, hari ini ada 788 peserta yang diwisuda. Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki skill di bidang D1 ahli komputer,” tandasnya.
Diketahui GSI dalam rentang waktu 23 tahun, terhitung sejak dibuka hingga tahun 2024 telah mewisuda peserta lulusan sebanyak 20.914 lulusan. Dengan demikian menurut Marwan, kiprah GSI sebagai LPK telah ikut berkontribusi membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan skill atau keterampilan bagi calon pencari kerja.
“60 persen tenaga kerja di Malut yang dipekerjakan di perusahaan itu dominannya adalah lulusan SD dan SMP. Ada kurang lebih 53 persen, angka yang terbilang cukup tinggi,” tandasnya.
Dikatakan Marwan, tantangan berikutnya adalah prosentase mereka yang berusaha sendiri atau menciptakan usaha sendiri itu baru pada angka 41 persen. Dengan demikian, menurutnya, ketergantungan pada perusahaan-perusahaan terutama perusahaan tambang lebih dominan. (Ateng)