SINJAI, Suara Jelata—Seorang ibu miskin hidup sebatang kara di jalan persatuan raya kelurahan Biringere, kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Rabu. (12/6/2019).
Dia bernama Aminah (50), berasal dari Solo, Jawa Tengah dan dan menurut penuturannya sudah sekitar 15 tahun tinggal di Kabupaten Sinjai.
Suaminya pun sudah lama meninggal, dan saudaranya yang ditemaninya mengadu nasib di Sinjai ini pun telah tiada.
Saat media ini berkunjung kerumahnya, kesehariaannya begitu sederhana, dengan berprofesi sebagai penjual jamu dan kerupuk di pasar Sinjai, kelurahan Biringere.
Hasil jualannya pun digunakan untuk menyambung hidupnya dan kebutuhan makan.
“Saya lama tinggal di Sinjai, sebelum banjir bandang, dari dulu saya jual jamu hasilnya tidak seberapa asalkan halal,” katanya.
Tempat tinggalnya pun sangat terjangkau dari jalan raya, hanya berkisar 35 meter dari rumah jabatan wakil Bupati Sinjai, Andi Kartini Ottong.
Rumah yang ditempatinya saat ini tak lain adalah kontrakan, yang dibayarnya 300 ribu pertahun milik salah seorang pengusaha ternama di kota ini, H. Amir.
“Kalau hujan air masuk semua karena di sini tempatnya rendah,” ujaranya.
Selain itu, wc yang ditempatinya membuang air besar sudah rusak, ditambah tidak adanya aliran listrik ke kontrakan Aminah.
“Saya pake minyak tanah, kompor tidak bisa, cuman pakai kayu saja jika memasak” tuturnya.
Di lain sisi, Amelia, salah satu warga terharu melihat kondisi ibu Aminah yang sangat memprihatinkan itu.
“Saya tidak bisa bicara banyak, bisa dilihat sendiri kondisinya, sesama manusia saya hanya ingin melihat ibu Aminah itu bisa dibantu,” harapnya.
Saat dikonfirmasi, kepala Dinas sosial Kabupaten Sinjai, Muhlis Isma, mengatakan akan menindak lanjuti secepatnya.
“Nanti kami suruh anggota kumpul datanya dulu, asesmen, kemudian apa betul dia penduduk sinjai, dan sebagainya apalagi dekatji,” kuncinya.
Alam SJ/Tim