SINJAI, Suara Jelata—Operator sekolah merupakan salah satu tenaga yang sangat dibutuhkan dalam satuan pendidikan di Indonesia, khusunya di Kabupaten Sinjai namun kenyataannya begitu miris. Kamis, (4/6/2019).
Misram, selaku pemuda Desa Bulutellue, Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai, mengatakan bahwa jangankan diperjuangkan jadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), honornya pun tak sesuai dengan beban kerja.
“Padahal dalam satuan pendidikan operatorlah yang mengolah dan mengimput semua data yang ada di sekolah adalah operator yang direkrut dari orang berkompeten di bidang IT,” katanya.
Operator bisa disebut sebagai bagian dari jantung dalam satuan pendidikan, namun begitu timpang karena tidak sesuai dengan apa yang didapatnya.
“Honor 75.000 perbulannya dikali 3 bulan, baru dia terima berarti jumlah yang mereka terima adalah 225.000 pertriwulan,” ujarnya.
Misram, menganggap tak sepantasnya mendapat upah sekian dengan kerjaan yang begitu banyak.
“Pelaporan dilakukan perbulan menggunakan fasilitas internet, fasilitas internet hanya tersedia di tempat-tempat tertentu inilah keadaan operator sekolah,” imbuhnya.
Kalaupun jumlah siswa di satuan pendidikan itu berkisaran 80 siswa, tapi apabila mereka hanya belasan saja maka anggaran di sekolah tidak memadai maka alhasil mereka dibayar dengan terima kasih.
“Maka menurut saya ini perlu perhatian pemerintah untuk memperhatikan nasib tenaga operator untuk diberikan kesajahteraan,” bebernya.
Misram menyebut dari semenjak adanya operator tidak pernah ada yang namanya kuota untuk mereka dalam hal penerimaan CPNS, mereka seperti mahluk gaib yang dipercaya ada namun tak terlihat.
“Operator, pada saat data begitu banyak dan perlu perbaikan operatorlah pemeran utama tapi setelah ada penerimaan tenaga ASN nama operator tidak pernah disinggung keberadaannya,” bebernya.
Maka dari itu, Misram, mengangkat hal ini ke publik dengan harapan ada tindak lanjut dari pemerintah pusat maupun daerah untuk memperhatikan operator di sekolah-sekolah.
Alam SJ