SINJAI, Suara Jelata—Pinus merupakan pohon penghasil getah yang sangat potensial sebagai penghasil rupiah. Dibandingkan dengan kayunya, hasil getah pinus memiliki nilai ekonomi yang lebih besar.
Seperti yang diharapkan oleh warga yang berada di Dusun Sapoberu, Desa Turungan Baji, Kecamatan Sinjai Barat yang bisa memperoleh pundi-pundi rupiah dari hasil panen getah karet pohon pinus.
Nari salah satunya, yang mulai menyusur satu demi satu pohon pinus yang telah ditunggunya selama satu bulan untuk dipanen pada pagi sampai siang hari.
Dimana getah hasil panen tersebut, kemudian dijual ke pengepul dengan harga sekitar Rp. 5.000 sampai Rp. 6. 000/Kg.
Proses pengambilan getahnya pun masih terbilang tradisional, cukup dengan menggunakan alat khusus sederhana yang terbuat dari logam.
Alat itulah kemudian yang digunakan untuk mencangkul-cangkul permukaan batang pohon, dibantu dengan wadah berupa potongan botol plastik bekas yang tertempel pada bagian yang telah dikeruk serta dibantu sekeping seng atau plat besi untuk membantu sari getah mengalir ke botol tersebut.
Sementara, untuk hasilnya diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk dipanen. Namun, tidak semua yang dinanti menghasilkan sesuai harapan.
Karena tidak jarang, ada juga pohon pinus yang kurang menghasilkan getah, atau bahkan tidak ada sama sekali, terlebih saat musim hujan seperti sekarang ini.
“Biasanya kalau musim hujan begini kadang getah pinus tidak terlalu banyak, bahkan tidak mengeluarkan sama sekali, lain halnya ketika panas”, jelas Bohari pada Media Suara Jelata (26/12/2019).
Laporan: Nihan