DAERAHNews

Hari Lahir Pancasila, ARA Foundation Minta Pemuda Jangan Diam

×

Hari Lahir Pancasila, ARA Foundation Minta Pemuda Jangan Diam

Sebarkan artikel ini

SINJAI, Suara Jelata— Sejak 1 Juni 1945, Pancasila dicetuskan sebagai dasar Negara Indonesia dan ideologi yang tidak bisa ditawar lagi. Dengan lima silanya, ideologi bangsa ini bisa menyatukan penduduk Negeri yang Bhineka.

Kendati begitu, belakangan yang namanya Pancasila berlogo garuda, yang acap kita lihat di berbagai kelas di sekolah-sekolah, perkantoran, dan gedung pemerintahan coba digoncang pihak-pihak tertentu.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Andi Rahmatullah, selaku Founder ARA Foundation mengatakan bahwa memaknai Hari Lahir Pancasila kali ini agar pemuda Indonesia tidak tinggal diam. Generasi muda harus ikut andil mempertahankan Pancasila dengan cara memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung.

“Hukumnya wajib, pemuda sekarang harus kritis terhadap ajaran radikalime terutama golongan yang menentang ideologi Pancasila” katanya.

Menurutnya, pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sehingga dia mewanti-wanti dan mengajak Pemuda untuk menjadi manusia bebas korupsi.

“Saya juga berharap, pemuda agar mau meningkatkan Sumber Daya Manusianya (SDM) agar mampu bersaing dengan bangsa lain” harapnya.

Ketika disinggung kondisi Pancasila saat ini dengan adanya segelintir orang yang mencela Pancasila, pihaknya mengecam. Namun, dengan hidupnya kita di Negara berlandaskan hukum, pihaknya menyerahkan terhadap konstitusi yang ada.

“Jika ada yang berusaha melecehkan dan ingin menghapus ideologi Pancasila, ya kita serahkan terhadap konstitusi yang ada” tegasnya.

“Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu senantiasa tertanamkan dalam sanubari dan tercermin dalam keseharian kita” lanjutnya.

Pancasila terkandung nilai-nilai yang lengkap untuk hidup bermasyarakat. Dia mencontohkan, dari lima sila diantaranya menyiratkan makna akan pentingnya toleransi.

Andi Rahmatullah berharap pada momen ini, generasi muda di tengah ancaman globalisasi dan kebebasan bersosial media yang berpotensi melunturkan pemahaman, budaya berperan penting. Sebagai seniman, perilaku kita harus mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila.

“Hal yang perlu kita laksanakan adalah bagaimana membuat generasi muda tetap menjadikan pancasila sebagai idola yang selalu dicinta dan dibanggakan” ajaknya dengan tegas.

Ia juga mengaku prihatin dengan kondisi sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Mereka begitu mudah terpengaruh oleh hal yang sebetulnya mereka kurang paham atau bahkan tidak paham.

Bahkan yang paling ironis, budaya konsumsi bisa menjadikan dia lupa diri. Ada yang hilang sikap toleransi dan tenggang rasa. Segelintir orang itu lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golonganya, daripada kepentingan umum.

Sehingga, mereka semakin menjauh dari dari norma dan nilai Pancasila. Kemudian, lahirlah generasi yang merasa benar sendiri, bisa sendiri, dan seolah tidak lagi membutuhkan orang lain.

“Kebhinekaan dianggap tidak lagi penting, sehingga timbul pertikaian SARA. Tentu, ini bisa kita bentengi dengan menanamkan dan menumbuhkan kembali rasa cinta dan kebanggaan pada Pancasila sebagai ideologi bangsa” kuncinya.

Hutomo