KLATEN, Suara Jelata— Para pecinta lingkungan, pegiat sungai, dan khususnya masyarakat Kabupaten Klaten sangat berduka atas berpulangnya Arif Fuad Hidayat, Minggu (20/06/2021). Tokoh relawan yang dikenal punya komitmen besar dan hampir selalu bersama warga dalam aktivitas pemuliaan sungai dan gotong-royong memperbaiki sungai dan membantu korban bencana, kini telah tiada.
Laki-laki yang akrab dipanggil Mas Arif itu meninggal karena sakit di RSD Bagas Waras Klaten. Almarhum meninggalkan seorang istri, dua anak dan menghembuskan nafas terakhir di usia 38 tahun. Setelah disalatkan di rumah sakit, jenazah langsung dikebumikan petugas di tanah kelahirannya di Sengon, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Duka mendalam mengalir di berbagai media sosial. Kehilangan mendalam terlihat di WhatsApp Group yang dikelola almarhum dalam aktivitas kerelawanan. Seperti Sekolah Sungai, Pusdalops BPBD, Srikandi Sungai, dan Paguyuban Media Sosial. Karangan bunga juga terlihat di rumah duka kiriman dari Bupati Klaten Sri Mulyani, Kodim 0723/Klaten dan sejumlah sahabat.
Asisten Administrasi Setda Klaten Sri Winoto yang dikenal sangat dekat dengan almarhum merasa sangat kehilangan. Ketulusan dan dedikasi Arif dalam menggerakkan jiwa kerelawanan pantas dijadikan contoh.
“Almarhum itu jam terbangnya sangat tinggi dan relasinya sangat luas. Saya sempat komunikasi dengan Mas Arif tapi kondisinya sudah sangat menurun. Kita semua kehilangan. Almarhum orang baik. Semoga almarhum husnul khatimah. Kini kita hanya bisa mengenang dan mendoakan,” ujarnya saat dikonfirmasi Minggu (20/06/2021).
Duka yang sama juga dirasakan Susi Susilowati. Mitra kerja almarhum yang juga dikenal sebagai Ketua Srikandi Sungai Klaten asal Panggang, Kemalang, Klaten itu tidak bisa menyembunyikan rasa dukanya yang mendalam.
Susi mengungkapkan bahwa almarhum Arif sangat humoris dan suka bercanda. Susi pun kaget dapat kabar Mad Arif meninggal. Padahal tanggal 17 malam, Mas Arif masih posting kegiatan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada sosialisasi revitalisasi Rowo Jombor.
“Beliau pandai kapan harus serius dan bercanda. Sering beliau minta selfi dengan saya, karena sama-sama insan berbobot atau gemuk, sehingga membuat suasana jadi akrab sesama relawan. Kami sangat kehilangan. Orang besar banyak. Tapi yang memiliki ketulusan dan keikhlasan mengabdi itu tidak banyak. Itu yang bisa kami kenang dari almarhum,” ungkap Susi dengan mata berkaca-kaca.
Kini seorang Arif Fuad Hidayat telah kembali ke Sang Pencipta. Hidupnya tidak panjang, tapi visi dan dedikasinya dalam kerelawanan sungai adalah perjuangan yang tidak pernah mati. Mengabdi memuliakan sungai, semoga Mas Arif mendapat tempat paling mulia di sisi Tuhan.