ENREKANG, Suara Jelata—Senin sore itu, (27/4/2020), Reska Amelia tengah membereskan dagangannya menjelang buka puasa hari ke empat Ramadhan 1441 H.
Dia tetap berdagang takjil atau makanan pembuka puasa meski telah diberlakukan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB) pencegahan penyebaran virus Corona jenis Covid-19.
Reska hanya satu dari sekian banyak pedagang yang berjualan takjil dan jenis lainnya sepanjang Alla Enrekang, jalan poros Makassar -Enrekang-Tator.
Selama bulan suci Ramadhan ini menjual dia menyiapkan berbagai macam takjil seperti jalangkote, tahu isi, risoles dan dadar pisang.
Gadis berusia 26 tahun memulai membuat berbagai macam takjil dari jam 09.00 sampai jam 12.00 WITA.
Setiap hari mempersiapkan jualan butuh modal awal Rp.200.000. Sekitar jam 14.00 sudah siap di kios tempat kuehnya menunggu pembeli.
Keuntungan dari jual takjil ini tidak seberapa tapi dapat menyambung hidup di tengah pandemi Corona.
Dia berjualan takjil hanya saat bulan Ramadhan saja, bulan bulan lainya reska adalah seorang buruh lepas.
Biasanya di sepanjang jalan poros provinsi ini sangat ramai penjual takjil dan dijejali pembeli di sore hari jelang berbuka puasa.
Para penjual itu terdiri atas para pedagang gorengan, bakso, batagor, roti bakar, hingga lauk pauk. Penjual ini membuka tenda dan gerobak mereka di pinggir jalan.
Reska sebenarnya ragu membuka lapak, dia tak yakin aparat satpol PP Enrekang memperbolehkan siapapun berjualan di sepanjang jalan poros itu saat berlaku PSBB.
Tuntutan kebutuhan hidup di tengah pendemi Corona sehingga harus tetap membuka jualan, walau pun setiap saat dibayangi penertiban dan pelarangan dari pihak terkait.
Namun dia tak fikir panjang, tetap membuka lapaknya dari jam 14.00 WITA sampai adzan Magrib tiba.
“Tadi juga bismillah aja lah buka lapak di pinggir jalan, habisnya cari duitnya cuma dari sini, “ucap Reska sambil tersenyum.
Laporan : Nur Suqya Rahma, Mahasiswa Komunikasi Unismuh Makassar Melaporkan dari Enrekang