MAGELANG, Suara Jelata— Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengkonfirmasi adanya Kubah lava baru di Gunung Merapi. Hal tersebut terbentuk dan muncul di pinggir bibir lereng Lava 1997. Selasa, (12/1/2021).
Selain itu, tepat di tengah kawah Merapi juga muncul gundukan material baru. Namun saat ini yang berkembang/tumbuh lebih cepat adalah kubah lava baru yang berada di Lava 1997.
”Di tengah kawah memang ada gundukan material baru, tapi untuk memastikan apakah gundukan itu berkembang atau tidak, hal itu masih perlu pengamatan lebih lanjut,” terang Kepala BPPTKG Dr Hanik Humaida dalam Siaran Informasi BPPTKG ‘Aktivitas Merapi Terkini’,
Disinggung mengenai kemungkinan muncul dua kubah lava baru, Hanik menjelaskanbahwa dalam sejarah erupsi Gunung Merapi belum pernah terjadi hal tersebut (muncul dua kubah lava baru sekaligus dalam satu periode erupsi). Dan jika dicermati, rekahan-rekahannya (cracking) mulai dari tengah kawah sampai ke Lava 1997, menurut Hanik, itu masih satu-kesatuan.
”Rekahan-rekahan itu menandakan titik lemah area kawah yang bisa dijebol oleh magma untuk kelu-lar permukaan. Sehingga pemahamannya bukan muncul satu kemudian jadi dua kubah lava baru, tapi ini masih satu-kesatuan; namun memang yang sekarang berkembang lebih cepat adalah yang ada di sisi pinggir lereng Lava1997,” jelasnya.
Selama erupsi, kata Hanik, dataguguran merupakan data pemantauan yang penting yang mencerminkan perkembangan erupsi. Saat ini jumlah guguran meningkat, baik yang tercatat di seismogram maupun yang teramati, ter-utama di sektor Barat. Demikian juga aktivitas deformasi masih tinggim mencapai10 cm/hari.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada desakan magma ke sektor Barat. “Daerah bahaya belum berubah,masih sama dengan saat kenaikan aktivitas menjadi ‘SIAGA’, yaitujarak maksimum area bahaya sejauh 5 km dari puncak,” kata Hanik.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Dr Agus Budi Santoso menambahkan, perilaku erupsi Merapi tahun 2021 ini berbeda dengan erupsi-erupsi sebelumnya.
Jika pada erupsi-erupsi terdahulu, setelah erupsi terjadi yang ditandai keluarnya magma dan munculnya kubah lava baru. Maka, lanjutnya data-data pemantauan (kegempaan dan de-formasi) seketika langsung turun (langsung berhenti).
Tapi, kata dia di erupsi2021 tidak. Meskipun magma sudah keluar dan terbentuk kubah lava baru, data-data pemantauan nilainya masih tinggi.
“Dengan demikian masih ada potensi perkembangan erupsi Merapi selanjutnya dan masih ada potensi jenis erupsi yang lain yang akan terjadi (seperti erupsi ek-splosif). Memang saat ini probabilitas letusan yang paling dominana adalaherupsi efusif (berupa lelehan magma); tapi probabilitas jeniserupsi yang lain juga masih tinggi,” pungkasnya.
Agung Libas