News

Bermula Iseng, Kini Usaha Kreatif Triyono Berkembang Pesat

×

Bermula Iseng, Kini Usaha Kreatif Triyono Berkembang Pesat

Sebarkan artikel ini

MAGELANG, Suara Jelata— Triyono (43) warga Dusun Ketaron, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menekuni usaha kreatif. Dia membuat perangkat panahan atau biasa disebut jemparing.

Bersama tiga rekannya, Triyono menekuni pembuatan alat panah berupa busur panah dan anak panahnya, sejak tahun 2019. Berkat ketekunannya, usaha rumahan bernama Three Arch ini kebanjiran pesanan.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Triyono menceritakan usaha kreatif ini lahir tanpa sengaja saat Triyono main ke rumah teman dan melihat ada jemparing milik anaknya. Berawal dari itu, kemudian dia iseng mencoba membuatnya.

“Saya melihat dan mencobanya ternyata tertarik. Lalu mencoba membuatnya secara otodidak di rumah,” ceritanya, Rabu (09/06/2021).

Ia menuturkan tidak hanya fokus berbisnis, untuk menyalurkan hobi, kini dirinya juga memiliki komunitas jemparing bernama Bamburuncing Archery Club (BAC) dengan 40 anggota. Dalam perkembangannya BAC ini di bawah KONI Kabupaten Magelang.

Triyono mengungkapkan awal usaha ia hanya membuat empat set jemparing dengan model pegangan dengan desain sendiri. Kemudian diunggah di facebook-nya, ternyata ada yang membeli.

“Langsung ada yang tertarik, dan laku. Kemudian saya menekuninya dengan mencari tahu model dan jenis panah,” imbuhnya.

Setelah itu ada seorang ahli jemparing yang mengkritik model handle pegangan jemparing miliknya yang menggunakan desain sendiri. Ternyata ada jenisnya. Kemudian melalui media sosial diketahui, ternyata ada model Jemparing Yogyakarta dan Solo.

“Setelah itu saya mengiblat model Yogyakarta untuk produksi alat jemparing,” ujarnya.

Kini Triyono bersama rekannya membuat tiga jenis panah. Yakni Bare bow, Jemparing, dan Horse bow. Untuk bahan baku ada yang dari bambu pilihan, kayu Sawo, kayu Sonokeling, kayu Kemuding, fiber dan rotan.

Sedangkan busurnya menggunakan jenis kayu sesuai permintaan. Bulu pada busur berasal dari entok dan kalkun. Bulu tersebut memiliki kualitas bagus karena memiliki lapisan minyaknya sehingga tidak mudah basah.

Terkait harga, Triyono mengaku bervariasi seperti Jemparing dihargai Rp 350.000, Horse bow Rp 400.000, dan Bare bow Rp 600.000. Meski demikian harga tersebut bisa naik tergantung desain dan bahan baku yang diinginkan.

Triyono mengaku penjualan masih di sekitar Jawa Tengah. Seperti Karanganyar, Magelang, dan ada juga ke Yogyakarta.

“Biasanya yang pesan untuk latihan komunitas, pribadi, wisata ataupun hiasan di rumah, jadi harga menyesuaikan,” paparnya.

Selain sebagai sumber perekonomian, Triyono bergelut di bidang panahan atau jemparingan tersebut juga memiliki tujuan mulia yakni mengenalkan ke masyarakat bahwa olahraga ini menarik dan terjangkau.