BREBES JATENG, Suara Jelata – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Brebes menyelenggarakan pendidikan politik bagi masyarakat di Desa Kebogadung, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Selasa (22/5/2024).
Kegiatan yang berlangsung di Balai Desa Kebogadung ini menghadirkan narasumber anggota Komisi 1 DPRD Brebes yakni, Pamor Wicaksono dan Heri Fitriyansyah.
Pamor Wicaksono mengatakan, era digitalisasi yang berkembang pesat dewasa ini sangat berpengaruh untuk politik dan demokrasi.
Berdasarkan data yang ada di tahun 2022, Pamor menyebut, antara jumlah penduduk dengan jumlah handphone itu lebih banyak jumlah handphone.
“Nah kaitannya digitalisasi di era demokrasi ini sangat berpengaruh kuat. Karena, masyarakat bisa langsung menyampaikan segala sesuatu tidak harus di sebuah ruangan yang formil. Bisa dilakukan dari sawah atau dari tempat manapun sesuai dengan apa yang ada di unek-uneknya. Maka dari itu kita butuh filter yang bagus supaya digitalisasi di era demokrasi tidak mengarah pada proses yang merusak tatanan yang ada. Jadi konsepnya harus jelas,” kata Pamor Wicaksono.
Untuk itu, sebagai penyelenggara pemerintah, pihaknya tentu butuh masukan. Termasuk kritikan yang bersifat membangun.
“Tapi kalau kritikannya itu katakanlah tidak membangun, tidak konstruktif. Ya ini menjadi tugas kita bersama untuk bareng-bareng mengawal,” ujar Politisi Partai Golkar ini.
Dikatakan anggota DPRD Brebes 4 periode ini, dengan bermitra dengan Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Brebes pihaknya bekerjasama mentracking (melacak) akun-akun palsu yang ada di sosial media.
“Yang katakanlah, akun palsu supaya dalam memberikan kritik itu betul-betul konstruktif,” katanya.
Terkait dengan pemilihan umum (pemilu) ia tak memungkiri. Memang masih banyak terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan lain sebagainya.
“Ya itu harga diri, masyarakat itu seharusnya lebih tinggi daripada si calon. Karena hakikatnya seorang masuk dalam kontestasi pemilihan sebagai seorang pemimpin, baik pilkada, pilpres maupun pileg. Itu sejatinya untuk menjadi pelayan bagi masyarakat,” terangnya.
Oleh karena itu, menurut dia, manakala yang bertebaran adalah hal yang merusak. Seperti amplop , hal itu sungguh sangat menjatuhkan harga diri daripada masyarakat.
“Karena hal itu sudah menjadi sesuatu yang biasa, maka kita hanya baru bisa sebatas menghimbau supaya masyarakat itu lebih melihat kepada rekam jejak daripada si calon yang akan maju dalam kontestasi,” tuturnya.
Senada disampaikan oleh Heri Fitriansyah, pihaknya mencoba memahami bahwa karakter masyarakat itu lebih condong untuk menshare berita tanpa memilah.
“Sehingga apa yang menjadi seleranya dia bagikan. Kalau tidak sesuai tidak dibagikan,” kata Heri Fitriansyah.
Hal itulah, menurut Heri, yang menjadikan masyarakat akan kesulitan membedakan antara berita yang benar dengan berita hoax.
“Melalui pendidikan ini, kita harapkan ada tanggung jawab yang besar dari penerima atau pembagi berita. Agar berita baik itu tetap disharing, berita yang tidak baik harus tetap dikroscek terlebih dahulu,” katanya.
Karena politik saat ini, kata Heri, sangat dinamis. Khususnya di media sosial.
“Media sosial itu memberi ruang bagi orang yang tidak bisa berpendapat di muka umum. Mereka akan berpendapat melalui media sosial,” ujarnya.
Meski demikian, pihaknya mendeteksi masih banyak yang menggunakan profil-profil bodong.
“Jadi kalaupun mau mengutarakan pendapat, gunakanlah profil yang asli bukan fake akun,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kesbangpol Brebes, M. Reza Prisman menyampaikan, Kesbangpol melaksanakan beberapa kegiatan.
Terkait dengan pendidikan politik bagi masyarakat Brebes bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pesta demokrasi tahun 2024.
“Kemarin alhamdulillah partisipasi politik di Kabupaten Brebes luar biasa. Sudah mulai meningkat walaupun hanya 4 persen. Kami harapkan pada saat pilkada 2024 pada 27 November harapannya partisipasi lebih meningkat meningkat lagi,” terang Reza.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Desa Kebogadung beserta istri serta puluhan warga dan tokoh masyarakat setempat.(Olam).