KOTA TERNATE MALUT, Suara Jelata – Gagasan pembentukan Lembaga Tahfidz dan Kelompok Baca Tulis Qur’an di madrasah adalah bagian dari proyek perubahan Kantor Kementerian Agama Kota Ternate. Proyek perubahan ini bertujuan untuk mengembalikan ciri khas dan cita idealnya madrasah. Selain itu, terobosan ini juga merupakan penguatan terkait ciri khas madrasah.
Hal itu terungkap dalam sambutan Kepala Kantor Kemenag Kota Ternate, Drs. Salmin A. Kadir, M.Pd.I pada prosesi Wisuda Tahfidz Angkatan VIII dan Pelepasan Siswa-Siswi Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Ternate, Sabtu (08/06/2024). Salmin menegaskan, ciri khas dan cita ideal madrasah adalah pembelajarannya tentang baca tulis Qur’an dan hafalan Qur’an.
Menurut Salmin, dua hal ini menjadi brand dari madrasah sekaligus menjadi pembeda antara madrasah dengan sekolah-sekolah umum.
“Saat ini kami menggiatkan proses baca tulis Qur’an sekaligus hafalan Qur’an di semua madrasah di Kota Ternate, baik negeri maupun swasta,” ujarnya, Sabtu (08/06/2024).
Untuk mengetahui progres program ini, pihaknya intens melakukan evaluasi dan monitoring ke setiap madrasah dari tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah.
Dampak positif dari program ini menurut Salmin, siswa atau peserta didik akan dibekali dengan pengetahuan tentang Al-Qur’an.
“Mereka para siswa akan bisa salat secara baik, karena bacaan-bacaan dalam salatnya sudah dipahami. Mereka juga dipastikan tidak akan membuat kesalahan karena hafalan Qur’an-nya juga sudah baik,” ujarnya.
Demi keberlanjutan hafalan Qur’an, Salmin berpesan kepada para siswa terutama para Hafidz dan Hafidzah untuk melanjutkan studi mereka secara linear ke Madrasah Aliyah. Keberlanjutan studi secara linear ini dimaksudkan agar pengetahuan hafalan Qur’an selain tidak mentok, pengetahuan ini secara sustainable didapatkan juga di Madrasah Aliyah.
“Sesuai time line (perkiraan waktu) pekan depan, Kantor Kemenag Kota Ternate akan melakukan launching Gerakan Jum’at Berkah dan Minggu Berkat,” ujarnya.
Program ini menurut Salmin adalah untuk membangun sensitivitas atau kepedulian/kepekaan sosial serta rasa empati antar-sesama.
“Intinya Gerakan Jum’at Berkah dan Minggu Berkat ini sebagai wujud penanaman nilai-nilai sosial yang melewati batas demarkasi suku, etnis dan agama,” ujarnya.
“Walau hanya dengan segenggam beras, kita bisa berbagi kepada mereka yang tidak mampu. Saya yakin, dengan kita berbuat baik melalui saling berbagi untuk hari ini, kebaikan kita tersebut akan berefek positif pada hari esok. Kebaikan kita itu juga adalah investasi amal dan doa terbaik untuk hari esok,” tutupnya. (Ateng)