“Berusahalah sehebat-hebatnya untuk mengembangkan dan meluaskan gerakan kita. Sampai suatu ketika, setiap anak dan pemuda serta pemudi kita, baik yang mahasiswa di kota maupun penggembala kerbau di desa, dengan rasa bangga dan terhormat dapat menyatakan Aku Pramuka Indonesia”.
Suara Jelata – Kalimat yang diucapkan dengan lantang dan tajam oleh Sang Proklamator Ir. Soekarno kala menyerahkan Panji Gerakan Pramuka, 63 tahun silam tepatnya 14 Agustus 1961, terasa membuat miris. Waktu itu Gerakan Pramuka menggelora dan gaungnya berkelindan dengan semangat nasionalisme ke seluruh penjuru Nusantara
Terlebih lagi, ketika mendengar lirik lagu Hymne Pramuka karya Husein Muntahar. Di dalamnya mengandung makna yang sangat mendalam. Bila dicermati nilai filosofis dalam kandungan lagu tersebut menegaskan pertama Pramuka lebih menegaskan diri sebagai manusia yang pikiran,ucapan, tindakannya senantiasa dilandasi nilai-nilai Pancasila.
Kedua, Pramuka menegaskan dirinya siap mengabdi dan memberikan kontribusi positif serta membaktikan dirinya demi kejayaan Indonesia. Seperti tunas kelapa sebagai lambang Pramuka yang mengandung makna pohon nyiur dapat tumbuh di mana saja, sebagaimana Pramuka dapat tumbuh di mana-mana dengan menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana dia berada dan dalam keadaan bagaimana pun juga. Makna lain dari lambang Pramuka tersebut juga menegaskan mempunyai cita-cita tinggi, mulia, jujur, serta mempunyai prinsip yang tidak mudah diombang-ambingkan.
Gerakan Pramuka tidak memandang batasan usia. Prinsip dasarnya yang lebih tua bertanggung jawab membina dan mendampingi adik-adiknya. Atas dasar prinsip tersebut, Pramuka merupakan media efektif untuk menempa generasi millenial ini untuk tumbuh dan mengembangkan dirinya secara optimal. Melalui intensitas pendampingan ini, generasi millenial akan dibantu menemukan jati diri keutamaan hidup demi masa depan bangsa yang dalam dekade berikutnya akan menjadi tanggung jawabnya (Hendra Kurniawan, 2018).
Semangat pengabdian
Salah satu aspek yang hendak ditumbuhkan dalam pendampingan Gerakan Pramuka tak lain adalah semangat pengabdian dan pelayanan. Tekad ini perlu terus ditanamkan pada jiwa-jiwa generasi millenial agar semakin membumi. Untuk itu Gerakan Pramuka yang semula bersifat ekstrakurikuler kini berubah menjadi kegiatan ko-kurikuler dan wajib di setiap jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Integrasi Pramuka ke dalam pendidikan formal didasari atas pentingnya generasi millenial ini untuk mewarisi, melanjutkan perjuangan,dan merawat bangsa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulunya.
Merebaknya berbagai tindak kejahatan korupsi, terorisme, radikalisme, pencemaran lingkungan dan intoleransi yang kian hari persentasenya semakin meningkat merupakan indikasi bangsa ini akan terancam degradasi moral. Untuk itu, kiranya kepedulian semua pihak, termasuk Gerakan Pramuka menjadi suatu kewajiban untuk berkontribusi dalam menjaga keutuhan bangsa.
Sudah menjadi tugas setiap generasi untuk menjaga dan memupuk erat korelasi antar anggota masyarakat dengan menerima setiap perbedaan. Patut disadari bahwa karunia terbesar bangsa ini adalah keanekaragaman yang dimiliki baik suku, etnis, budaya dan agama. Warisan ini yang menjadi alasan utama seluruh komponen bangsa untuk mengutamakan persatuan demi jaminan masa depan bangsa.
Namun perlu disadari, masalah yang dihadapi Pramuka sangat kompleks. Bukan hanya maraknya penyalahgunaan narkoba, melainkan juga tawuran, intoleransi, media sosial yang penuh berita bohong dan ujaran kebencian. Oleh karena itu, Gerakan Pramuka yang menekankan pendidikan dan pembentukan karakter sangat penting dalam menangani masalah tersebut.
Jiwa Pancasila
Tema tahun ini yang menunjukkan bahwa Pramuka memiliki jiwa Pancasila yang siap menjaga NKRI menunjukkan secara eksplisit, bahwa jiwa Pancasila berkelindan menyatu dalam jiwa Pramuka karena dilandasi dengan nilai filosofis dan pengamalan yang tertuang dalam Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Dengan begitu Pramuka akan menjadi aktor penggerak dan pilar kekuatan negara dalam menuju Indonesia Emas pada tahun 2045.
Oleh karena itu, sumber daya manusia menjadi kata kunci di tengah kehidupan global. Tanpa sumber daya yang mumpuni elaborasi gerakan pramuka sudah dipastikan akan stagnasi dan sulit untuk berkompetisi dalam rangka meraih tujuan yang diharapkan.
Namun, di samping sumber daya manusia, diperlukan juga penguatan wawasan kebangsaan agar nilai-nilai kebangsaaan tidak luntur tergerus gelombang zaman. Apabila semangat nasionalisme sudah mengakar kuat pada masing-masing pribadi, diyakini elemen-elemen lain akan mengikuti, seperti cinta tanah air atau bela negara.
Rasanya masih relevan pidato Sang Proklamator pada saat upacara Hari Pramuka tanggal 14 Agustus 1961 yang menegaskan bahwa rasa bangga menjadi anggota Pramuka harus dinyalakan di setiap dada generasi muda. Kalimat yang diucapkan dengan lantang dan tajam oleh Sang Proklamator Ir. Soekarno kala menyerahkan Panji Gerakan Pramuka 62 silam, terasa membuat miris.
Pesan Sang Proklamator tersebut kiranya bisa menjadi bahan refleksi dan perlu ditindaklanjuti dalam aksi nyata, agar semangat Gerakan Pramuka yang berkelindan dengan nafas nasionalisme tersebut semakin membumi dalam menguatkan jiwa bangga menjadi anggota Gerakan Pramuka.
Kita meyakini apabila karakter generasi muda sudah terbentuk, tentunya keberlangsungan hidup suatu bangsa akan bisa terus survival sebagaimana yang diharapkan. Tanggung jawab untuk menjaga keutuhan NKRI akan terus digaungkan sampai dapat melintasi batasan ruang dan waktu. Generasi muda pramuka ibarat tunas kelapa yang siap ditanam di setiap jengkal bumi pertiwi demi tetap tegak dan kokohnya bangunan bangsa ini agar jiwa nasionalisme semakin membumi. (*)
Penulis:
Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Kepala Gugus Depan Panca Tri Sarma
SMK Wiyasa Magelang