Kerja Serempak Kekuatan Tim Guru

Opini | PENDIDIKAN
Kekutan tim guru, cermin dari kultur sekolah kondusif. (foto: Dwi Anugrah)

Suara Jelata Sudah jamak terjadi di dalam iklan pencarian guru oleh Yayasan Pendidikan mensyaratkan indeks prestasi calon guru semasa kuliah dengan kisaran angka tinggi. Indeks prestasi tinggi menjadi indikator, kehebatan, juga piawainya akan penguasaan pengetahuan yang dimiliki.

Jika guru-guru pintar berkumpul dalam satu wadah lembaga pendidikan ada keyakinan akan adanya kualitas pendidikan yang hebat. Namun, bertitik tolak dari banyak pengalaman dari lembaga pendidikan, resultansi yang diharapkan dari berkumpulnya para guru yang pintar dalam satu wadah, ternyata tidak sesuai dengan harapan atau bisa dikatakan hasilnya tidak bisa maksimal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencarikan solusi dari kebuntuan kasuistis tersebut, kiranya diperlukan inspirasi yang dapat menjadi pemantik sebagai jalan keluar. Mantan presiden mutu korporasi Colgate-Palmolive Company, berkisah tentang sebuah wirasusaha yang ingin membuat sebuah kendaraan yang sempurna. Pimpinan perusahaan menyiapkan infrastruktur sebuah gedung megah yang di dalamnya berisi 150 kendaraan yang dikategorikan terbaik di dunia. Ia memerintahkan para insinyur untuk menemukan komponen terbaik untuk setiap kendaraan.

Mesin terbaik dari Mercedes, pegangan pintu terbaik dari Buick, transmisi terbaik dari Toyota, pegangan kemudi dari Ford, dan sebagainya. Bisa ditaksir terdapat 15.000 komponen terbaik kendaraan yang kemudian dirakit menjadi sebuah kendaraan. Sayangnya, kendaraan itu tidak dapat berfungsi karena komponen-komponen terbaik tersebut tidak dapat bekerja bersama-sama.

Ada juga inspirasi dari Pat William dalam bukunya bertajuk The Magic of Team Work (2023) yang menguatkan suatu inspirasi lewat suatu permainan basket. Substansi permainan basket tersebut bukanlah terletak pada seberapa hebat permainan yang dilakukan secara individual, melainkan bagaimana tim itu meraih kemenangan.Tim bukanlah sekadar kumpulan individu. Inti permainan yang cantik, tak lain merupakan sinergitas dari kepribadian dan pengorbanan untuk keberhasilan kelompok.

Untuk membangun tim yang produktif dalam mencetak angka, tidak hanya dipilihkan dari para pemain yang hebat dalam melakukan penyerangan. Pemain tipe bertahan dan penghubung tetap diperlukan. Produktivitas angka akan dihasilkan dari kerja sama pemain antarblok. Kerja sama untuk menghasilkan suatu produktivitas sangat prinsip, sehingga perlu dibangun kekuatan tim yang solid (St. Kartono, 2011).

Kerja Tim

Apabila orientasi kerja tim menjadi tujuan utama, dapat diyakini kemenangan akan terjadi dengan sendirinya. Sebuah sekolah pun selayaknya menjadi sebuah tim yang terus menerus dibangun dan dihidupi. Secara sederhana dapat dinyatakan, sikap tim adalah sikap yang menunjukkan kebersaman yang menjadi oase utamanya.

Untuk menjadi bagian dari suatu tim cita-cita atau idealisme individu tidak perlu dieliminasi. Tidak perlu juga mengorbankan kesuksesan pribadi. Tidak sedikit sekolah yang berupaya memilih para guru dengan kualifikasi indeks prestasi dan potensi dasar terbaik. Upaya panjang yang tidak kunjung henti adalah menjadikan visi lembaga sekaligus dihidupi oleh para guru.

Pada prinsipnya setiap individu mempunyai peranan yang penting untuk mewujudkan tim kerja yang solid. Bekerja dalam tim akan lebih mudah mencapai tujuan dibandingkan bekerja secara individual, hal ini dikarenakan bekerja dengan tim bisa menciptakan kebersamaan yang berlangsung terus menerus sehingga terjalin kedekatan antara individu dalam tim.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membentuk tim kerja yang solid di antaranya saling melengkapi, saling percaya, kerja sama, bertanggung jawab, pemimpin yang bijaksana dan tentu perlu adanya evaluasi untuk mencapai tujuan lebih optimal lagi. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah saling menyempurnakan satu sama lain.

Untuk itu, kekompakan tim guru perlu dibangun agar kultur di sekolah dapat berjalan nyaman. Kekompakan merupakan keadaan pada saat seluruh warga sekolah memiliki sikap dan perilaku yang sama terhadap komitmen yang telah ditentukan bersama. Setiap guru perlu menjaga kesatuan korps. Guru jangan malah jatuh dalam situasi mengadu domba peserta didik dengan guru atau guru dengan guru.

Sesama guru perlu menjaga privasi sesama rekan kerja akan kekuatan tim dapat tercipta kondusif. Bila terdapat hal-hal yang dirasa kurang tepat, segera komunikasikan dengan guru bersangkutan agar menjadi perhatian dan bahan evaluasi bersama.

Manakala ada pamrih atau kepentingan pribadi, kekompakan tim tersebut dapat mengalami reduksi atau luntur. Mereka hanya akan mencari sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya semata-mata tanpa memedulikan kepentingan yang lebih luas yaitu sekolah. Kekompakan tim guru bisa terjadi apabila setiap guru dan komunitas sekolah paham tujuan dan komitmen bersama yang disepakati.

Ketidakkompakan yang umum terjadi adalah terkait dengan penetapan tata peraturan di sekolah. Ketika guru tidak kompak, peserta didik akan mengadu domba guru satu dengan yang lainnya, sehingga sekolah menjadi tidak kondusif. Misalnya, ada peserta didik yang datang terlambat. Dalam aturan semestinya, peserta didik tersebut memperoleh sanksi, tetapi oleh guru tertentu hanya dibiarkan dan tidak diproses. Hal seperti ini bisa menjadi awal ketidakkompakan guru satu dengan yang lain dan patut dihindari.

Kesempatan Berkembang      

Pada dasarnya upaya sekolah tidak hanya berhenti pada mengumpulkan guru-guru yang dipandang hebat, tetapi seharusnya juga menempatkan dan memberikan kesempatan para guru untuk menjadi hebat dengan peran masing. Sinergi tidak terjadi dengan sendirinya. Potensi masing-masing pribadi guru perlu ditularkan satu sama lain,sehingga kelengkapan potensi guru-guru di sekolah dapat terbangun. Ketika beragam keahlian tersebut dipadukan maka akan menjadi satu kekuatan untuk mencapai tujuan.

Di samping itu, sikap saling percaya merupakan hal yang sangat esensial, untuk merealisasikan soliditas dalam suatu tim. Membangun kepercayaan memang tidak mudah, akan tetapi ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membangun rasa saling percaya, seperti biasakan saling terbuka, menerima masukan dan sesekali buat acara bersama agar terjalin kebersamaan dan akhirnya memperkuat rasa saling percaya. Jika sudah ada kepercayaan dalam suatu lingkungan kerja, akan semakin mudah menerima pendapat atau gagasan dari teman sejawat maupun dari atasan sehingga apa yang akan dilakukan ke depan akan lebih mudah untuk dikerjakan.

Dengan demikian, kekuatan tim guru dalam suatu sekolah merupakan hal yang sangat prinsip. Selain dapat menjadi kekuatan sekolah, tim ini dapat menjadi parameter guru dapat menerapkan kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, teman sejawat, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. (*)

Penulis :
Drs. Ch. Dwi  Anugrah, M.Pd.
Guru Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Provinsi Jawa Tengah

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari suarajelata.com.

Mari bergabung di Halaman Facebook "suarajelata.com", caranya klik link Suara Jelata, kemudian klik ikuti.