Suara Jelata – Tidak dapat dipungkiri, sektor pariwisata dalam perjalanannya selalu terus mengalami dinamika. Industri andalan ini selalu mengalami elaborasi atau perkembangan, karena ada gerakan manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajah wilayah baru mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan pengalaman baru yang belum pernah diperoleh di tempat lain.
Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, terutama dalam perolehan devisa negara, sehingga orientasinya lebih bersifat ekonomi sentris, dan mengarah pada pertumbuhan. Hal tersebut mendasari pemikiran, bahwa usaha dan kegiatan pariwisata tersebut dapat memberi kesempatan berusaha dan meningkatkan lapangan kerja luas bagi komunitas setempat.
Berkembangnya pariwisata sebagai suatu industri di Indonesia telah menyuburkan beberapa unit usaha beberapa sektor pendukung lain yang cukup subtansial di antaranya bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, angkutan wisata dan tidak ketinggalan toko cindera mata dengan industri kriyanya. Selain itu, proyek pembangunan dan prasarana pariwisata, seperti lapangan terbang, pengadaan air bersih, tenaga listrik, sarana komunikasi, dan lainnya dapat dinikmati komunitas setempat.
Pembangungan industri pariwisata selama ini merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diimplementasikan secara berkelanjutan dengan tujuan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian serta kapabilitas masyarakat Indonesia di tengah dinamika global pesatnya ilmu pengetahuan juga teknologi. Peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan industri pariwisata merupakan faktor penentu yang secara faktual dapat direalisasikan melalui partisipasi masyarakat.
Kolaborasi Paralel
Pada dasarnya industri pariwisata merupakan kompilasi dari usaha pariwisata yang saling terkait dan berkelindan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Tentu saja dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan, dibutuhkan kolaborasi paralel dari dari berbagai pihak, baik masyarakat setempat, pemerintah, maupun pengusaha pariwisata. Komunitas setempat memiliki peran signifikan khususnya bagi elaborasi industri pariwisata, (Indah Permatasari, 2022).
Adapun regulasi keterlibatan masyarakat tersebut dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ditegaskan bahwa dalam penyelenggaraan kepariwisataan salah satunya dapat dilakukan dengan memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan suasana, kondisi atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang dan dapat berperan aktif dalam pembangunan pariwisata secara berkelanjutan.
Untuk dapat mewujudkan pariwisata berkelanjutan, kiranya penekanan kebijakan pembangunan pariwisata berbasis komunitas menjadi sangat penting, karena masyarakat merupakan faktor penyangga utama eksis tidaknya industri pariwisata yang pengelolaannya perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata yang sangat variatif. Baik wisata kultural, religi, alam, juga buatan dapat dinikmati di Kabupaten Magelang. Secara akurasi tata letak geografis, Kabupaten Magelang berada di jalur wisata Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Adanya bangunan historis, seperti Candi Borobudur beserta banyaknya situs candi-candi Buddha lainnya, objek wisata alam dan semakin banyaknya desa wisata menjadikan potensi pariwisata Kabupaten Magelang cukup menonjol serta dikenal publik.
Pasca pandemi industri pariwisata di Kabupaten Magelang juga di daerah-daerah lain, mulai menggeliat dan kembali berbenah. Pembenahan tersebut tak lain tujuannya agar pengunjung pariwisata dapat terlayani dengan baik dan kepuasan pelanggan tersebut tentunya menjadi target utama, karena apabila pengunjung mendapatkan kepuasan dengan pelayanan prima yang dilakukan oleh berbagai unit pariwisata, tentunya dapat menjadi promosi agar mereka akan berkunjung kembali.
Pembenahan tersebut selain dari aspek fisik dan pelayanan, juga terkait dengan peran komunitas sebagai penyangga pariwisata dalam mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan perlu juga mendapatkan perhatian serius. Apabila ditelisik lebih mendalam pariwisata berbasis masyarakat merupakan bentuk pariwisata yang berupaya memberdayakan komunitas untuk mengelola pertumbuhan pariwisata dengan aspiratif yang berkorelasi dengan kesejahteraan mereka. Bahkanpariwisata berbasis masyarakat juga dapat membantu komunis lokal dalam menghasilkan pendapatan,mengelola perekonomian, serta melestarikan juga mengembangkan budaya maupun memperoleh kesempatan pendidikan.
Berdasarkan karakteristik umum dari pariwisata berbasis masyarakat yang sudah pernah dikaji oleh lembaga internasional PBB adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. Bahkan mendukung perlindungan kawasan alam dan budaya dengan menghasilkan manfaat ekonomi serta meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan pengunjung tentang konservasi.
Pariwisata berbasis masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan bottom-up untuk pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan konservasi sumber daya alam, melestarikan budaya tradisional, dan menghasilkan pendapatan di tingkat lokal. Secara kontekstual dapat ditegaskan bahwa pariwisata berbasis masyarakat sangat berkorelasi erat dengan elaborasi pariwisata berkelanjutan yang saat ini menjadi perhatian semua kalangan.
Pelibatan Masyarakat
Tantangan utama dalam kebijakan pariwisata berbasis komunitas ini, terutama yang berada di wilayah pedesaaan tidak lain adalah faktor sumber daya manusia. Dominasi masyarakat pedesaan memiliki kesempatan belajar dan keterpaparan yang lebih kecil daripada yang tinggal di perkotaan. Dengan demikian, tentunya mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya terbatas untuk terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata yang menjadi destinasi wisata bagi wisatawan.
Padahal melibatkan masyarakat setempat sudah lazim diterima sebagai prasyarat, bukan hanya untuk melokalisasi manfaat pariwisata tetapi juga membatasi beberapa masalah sosial ekonomi. Pengembangan sumber daya manusia merupakan mekanisme untuk membantu pekerja dalam pengembangan keahlian, pengalaman, dan kapasitas pribadi. Untuk itu mulai dari perencanaan awal pengusaha atau investor yang akan membangun usaha pariwisata perlu memikirkan secara komprehensif, termasuk strategi dalam mengoptimalkan sumber daya komunitas lokal, semisal dengan pelatihan terapan terkait dengan sektor pariwisata yang akan dibangun.
Kesadaran pengetahuan dan keterampilan komunitas dibangun melalui pembelajaran informal dengan menggunakan pendekatan pembelajaran eksperiensial. Masyarakat dilibatkan langsung dalam perencanaan pembangunan pariwisata dan pengalaman yang mereka lalui merupakan proses pembelajaran yang bermakna dalam bentuk kelompok kerja sesuai aspek yang akan dilakukan ketika pelayanan pariwisata sudah beroperasi. Sebagai misal mereka yang akan mengisi kesenian, perlu diberi bekal cara untuk promosi dan mengelola manajemen. Mereka yang akan menjual cindera mata, perlu diberi bekal dalam membuat desain produk dan komunikasi penjualan.
Apabila pemberdayaan masyarakat sudah terbangun, tentunya industri pariwisata akan dapat bergulir secara konsisten dan berkelanjutan, karena masyarakat sudah merasa memiliki, sehingga industri pariwisata sudah menyatu dan menjadi bagian dari kehidupannya. (*)
Penulis:
Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Guru Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Alumnus ISI Yogyakarta dan Magister Pendidikan UST Yogyakarta