Nur Fadillah Yamsir, (Dok. Pribadi)
SINJAI, Suara Jelata— Hari lahir Kartini pada 21 April, menjadi simbol perjuangan yang terus dikenang Masyarakat Indonesia.
Setiap tanggal itu pula, diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang kegigihan Kartini semasa hidup.
Perayaan hari Kartini dimaknai mendalam dari berbagai pihak, salah satunya Mahasiswa Sekolah tinggi ilmu pertanian Muhammadiyah (STIPM) Sinjai, Nur Fadillah Yamsir asal Kolaka Utara ini.
Lahir dari pelosok Desa, di Kabupaten Kolaka Utara, 20 Juni 1999 dari pasangan suami istri Yamsir dan Asni Yulianti.
Anak pertama dari lima bersaudara, dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sederhana.
Sebagi anak sulung dan sebagai perempuan tentunya perlu wawasan sebagi aset untuk keluarga terutama untuk adik-adik.
Nur Fadillah meninggalkan kampung halaman yakni hijrah dari Kolaka Utara ke Kabupaten Sinjai, karena pentingnya sebuah pendidikan.
Pendidikan dan perempuan dua kata yang beda namun tidak bisa dipisahkan, perempuan memiliki peranan penting dalam pendidikan bahkan pendidikan pertama berasal dari seorang wanita (ibu).
Menurut Nur Fadillah, Kartini masa lalu ialah wanita yang memperjuangkan hak atas keadilan wanita.
Dengan kesederhanaan dan kecerdasannya, cita citanya tinggi yang diabadikan di dalam setiap tulisan-tulisannya.
Sementara, Kartini masa sekarang berbanding terbalik, banyak dikalangan perempuan pada dasarnya sudah tidak cerdas lagi memposisikan dirinya dalam memilih sebuah wadah pembelajaran.
Dalam artian komunitas atau organisasi, dimana yang sepantasnya seorang wanita mendapatkan kehormatan, justru bangga dengan sebutan keren, tidak lagi dengan kesetaraan gender, mengikuti gaya kebarat baratan, sehingga nyaris disimpulkan bahwa perjuangan Kartini sia-sia.
Nur Fadillah juga berpesan kepada Kartini saat ini untuk mencari jalan untuk membuka wawasan, sehingga tidak ada kata bodoh karena batasan, karena kita adalah Kartini-kartini masa depan.
“Untuk Kartini sekarang, mari saling merangkul untuk bangkit dari dari hal-hal yang dapat menjatuhkan dalam mengeyam pendidikan.” Kuncinya.
Takwa