KisahNews

Trauma Hampir Tengelam, Jurnalis Sinjai TV Ini Dulunya Ingin Jadi Anak Band

×

Trauma Hampir Tengelam, Jurnalis Sinjai TV Ini Dulunya Ingin Jadi Anak Band

Sebarkan artikel ini
Zakaria Ridwan, dalam waktu luangnya dia menyempatkan untuk menikmati secangkir kopi.

SINJAI, Suara Jelata—Menjadi jurnalis
adalah merupakan pilihan hidupnya, meski waktu kecil dirinya mengaku mempunyai banyak cita-cita dan salah satunya ingin menjadi pengusaha dan penyanyi (anak Band).

Namun takdir berkata lain, saat ini dia memilih mengabdi sebagai jurnalis TV lokal (Sinjai TV) di kampung halamannya di Kabupaten Sinjai, alasannya katanya sederhana ingin mengabdi untuk daerah.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Dialah Zakaria Ridwan (30), pemuda tangguh yang tinggal di Kelurahan Lappa yang setiap hari selalu hadir di setiap kegiatan Pemda Sinjai.

Dirinya sudah 5 tahun menjadi koresponden sejak memulai kariernya pada tahun 2012 silam,

“Dipanggil kakak yang saat itu menjadi pimpinan redaksi,”katanya sembari menyeruput kopi di salah satu warkop di jantung kota Sinjai.

Lanjut bapak satu anak ini, setiap hari dirinya mencari berita pembangunan hingga kepelosok dan kemudian disetor pada bagian editor Sinjai TV untuk ditayangkan.

“Hanya cari gambar, dan wawancara. Kalau editor bukan saya, gampang saja,”terang kari, sapaan akrabnya.

Suka duka menurutnya sudah dia rasakan, meski itu bisa dia lewati dengan komitmen dan kerja keras.

Bahkan terkadang jenuh dengan keadaan, “Saya pernah mau berhenti saja,”ujarnya.

Dia kemudian menceritakan dirinya punya kenangan yang sulit dilupakan, yang membuat nyawanya hampir melayang dalam tugas.

“Saya trauma saat liputan ke Pulau Sembilan, hampir tengelam dan saat itu berfikir untuk berhenti dan cari pekerjaan lain,”tuturnya sambil menerawang.

Pulau sembilan merupakan salah satu kecamatan di Sinjai, ditempuh dengan perjalanan sekitar 20 menit mengunakan spead boat dan melewati perairan teluk bone.

“Sekitar tahun 2014 kalau tidak salah, saya bersama rombongan akan ke Pulau untuk meliput warga yang tengelam namun diperjalanan ombak besar sekali dan kapal yang ditumpangi mati mesinnya, saya trauma,”kisahnya.

Semangat pengabdian membuatnya terus bertahan, dia meyakinkan dirinya jika tantangan adalah cambuk mencapai kesuksesan.

“Jadi jurnalis itu enak, banyak teman yang sering traktir kopi apalagi jurnalis di Sinjai seperti saudara semua,”pungkasnya.

Soal gaji katanya tidak menjadi soal, “Gaji kita pas-pasan namun itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari karna kita mesti untuk mencukupkannya,”kuncinya.

Dzhar