Opini

Hijrah ke Dunia Maya

×

Hijrah ke Dunia Maya

Sebarkan artikel ini
Penulis

OPINI, Suara Jelata — Dunia Maya merupakan salah-satu komunikasi yang begitu signifikan dari tahun ke tahun, ini ditandai dengan maraknya layanan serta aplikasi yang memungkinkan pengguna berinteraksi.

Jika kita melihat kebelakang cikal bakal media sosial sudah dimulai sejak pertama kali ditemukannya alat komunikasi sederhana.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Jauh sebelum interaksi hadir, selain sebagai suatu wadah atau tempat di mana orang dapat berkomunikasi sesama pengguna secara tidak langsung.

media sosial tidak lagi sebatas sebagai media pergaulan, tapi telah berkembang menjadi media informasi, komunikasi, dan interaksi, bahkan promosi di era digital ini seperti bisnis online.

Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat penting, tiada hari tanpa komunikasi, sepanjang detak jantung masih ada.

Bahkan orang yang melakukan meditasi-pun media yang digunakan untuk mencari teman, mencari teman dengan mereka yang jauh, berbagai gambar muka di media sosial secara tidak langsung.

Yaitu pada hakikatnya sedang melakukan komunikasi, termasuk orang yang sedang bertapa di suatu tempat yang dianggap keramat.

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan, komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks, namun sekarang ini perkembangan teknologi telah mengubah cara kita berkomunikasi secara drastis.

Dengan seiring kemajuan zaman, persaingan global ini semakain canggih, interaksi sosial juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan berinteraksi melalui sosial media.

Dunia maya dijadiakan tempat pertama dalam menuangkan keluh kesahnya, apa yang mereka rasakan di dunia nyata. Seperti halnya membuat konten melalui instagram, youtube, membuat status melalui facebook, twitter, dan bisa menggunakan dunia maya dalam rana berbisnis Online.

Nah benar yang dikatakan Baudrillard, lewat beberapa asumsi hubungan manusia dan media yang disebut sebagai realitas mediascape (Baudrillard, 1983: 14).

Dalam realitas mediascape media massa menjadi produk budaya paling dominan dengan media massa, media kini tak lagi sebatas sebagai perpanjangan badan manusia, namun media kini sekaligus merupakan ruang bagi manusia untuk membentuk identitas dirinya.

Dalam dunia hiperrealitas, objek-objek asli yang merupakan hasil produksi bergumul menjadi satu dengan objek-objek hiperreal yang merupakan hasil reproduksi.

Realitas-realitas hiper, seperti online media, Facebook, Twitter, dan televisi.
Oleh karena itu banyaknya orang “berhijrah” ke dunia maya, atau media sosial.

Dimana media sosial dapat dikatakan sebagai media yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa melakukan tatap muka.

Media sosial juga dapat dikatakan sebagai alat untuk mengobrol dengan mereka yang jauh, dengan berbagai kalangan yang mengandalkan sosial media sebagai satu upaya untuk mencari hiburan, mencari teman, mencari informasi, dan sebagainya.

Maka dari itu hadirnya media sosial tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari di zaman sekarang. Ada sebanyak, 49,52% pengguna internet di tanah air adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun.

Kelompok ini mengabiskan profesi-profesi baru di ranah maya, semisal selebritas Instagram (Selebgram), dan YouTuber.

Menjamurnya perusahaan rintisan digital atau startup pun sedikit banyak digerakan oleh kelompok usia dini, baik mereka sebagai pendiri atau konsumen.

Tetapi di sisi lain ada dampak yang terjadi apabila seseorang kecanduan internet yang sangatlah fatal apabila salah langkah dalam penerapannya dan pemanfaatannya.

Terlebih lagi bila kencanduan itu menimpa remaja, remaja yang mengalami kecanduan internet lebih memilih media online untuk berinteraksi sosial, ia merasa kesulitan jika harus melakukan interaksi sosial secara tatap muka.

Karena mereka memiliki kecanggungan tersendiri akibat keterbiyasaan meraka dengan dunia maya.

Inilah dampak negatif dari media sosial dalam jangka panjang dapat menyebabkan seseorang mengabaikan kehidupan nyatanya yang disertai dengan kurangnya proses berinterasi dalam lingkungannya.

Interaksi sosial sendiri sebenarnya merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Sebab proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat.

Dan syarat terjadinya interaksi sosial yaitu terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing.

Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya.

Adapun dua cara agar proses interaksi sosial tetap terjaga yaitu asosiatif dan disasosiatif, yang pertama yaitu asosiatif terdiri dari kerjasama, akomodasi.

Kerjasama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Dan yang kedua yaitu disasosiatif, disasosiatif terdiri dari persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Persaingan diartikan sebagai suatu proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum.

Dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan dalam proses interaksi sosial.

Penulis: Yunita Amalia Amran (Mahasiswi). 

*Tulisan tersebut adalah tanggung jawab penuh penulis