OPINI, Suara Jelata — Di era kemajuan yang biasa kita sebut dengan zaman android ini memberikan kita kebebasan dalam mengakses informasi seluas-luasnya.
Tak hanya kelompok elite saja yang dapat mengaksesnya bahkan sampai kelompok bawah pun bebas mengakses informasi sesukanya.
Inilah kemajuan teknologi hari ini dengan kecanggihannya memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat, tak luput juga bagi kelas Intelek atau kelas penghubung antara masyarakat awam dengan para elite penguasa, ini jelas sangat bermanfaat bagi kelas ini.
Dengan kemajuan teknologi ini para mahasiswa Diharapkan mampu mengeluarkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran yang baru sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang fantastis di bidangnya.
Tapi sayangnya kebanyakan kita sebagai mahasiswa hari ini tak menyadari manfaat dari era android ini, kita terlena dengan tampilan yang ditawarkan oleh fitur-fitur android.
Bahkan hari ini teman-teman kita yang berstatus mahasiswa banyak yang terkapar oleh game-game online yang menghabiskan waktu mereka berhari-hari dikamar hanya untuk kepuasan sementara.
Kebanyakan kita di era android ini menjadi generasi pengikut yang mudah dikendalikan oleh aplikasi.
Jika di dunia nyata narkoba diciptakan oleh negara-negara penjajah sebagai virus candu untuk membuat suatu negara bergantung kepadanya, hari ini tidak perlu menggunakan narkoba sebagai alat candu itu, cukup dengan aplikasi game online saja para generasi suatu bangsa yang terserang virus ini akan mengalami ketergantungan hebat.
Begitulah di era di mana perang konvensional telah tergantikan dengan perang asimetris. Perang yang tak lagi bertujuan menjajah secara fisik tapi menjajah secara pemikiran.
Tujuan perang ini simpel menguasai dan menjajah suatu negara tapi negara yang dijajah tersebut tetap mencintai penjajahnya.
Karena perang hari ini adalah perang pemikiran di sinilah Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus muncul sebagai benteng pertahanan dan penyeimbang bagi masyarakat hari ini. Bukan malah bersembunyi di balik kamar dengan mengengam HP dengan teriakan kata mabar dan pocinki.
Sekedar mengingatkan bahwa kita memiliki beberapa peran sebagai sebagai mahasiswa, Agen of Change atau pembawa perubahan.
Ingat bahwa tanggung jawab kita adalah merubah pola berpikir masyarakat dari primitif ke yang modern bukan malah kita yang harus terpengaruh oleh arus pemikiran hari ini.
Lalu Social of Control, atau pemegang kontrol sosial, mengontrol masyarakat kepada moralitas bukan malam membenturkan masyarakat dengan pemerintah sehingga terjadi konflik dalam masyarakat itu sendiri atau membenturkan masyarakat dengan masyarakat melalui media sosial apalagi hanya berkonflik dengan diri sendiri hanya karena kalah bermain game melawan komputer.
Kemudian Pelanjut Tongkat Estafet, yaitu kita harus membangun dan mempertahankan bangsa ini, karena kita adalah generasi yang akan melanjutkan cita-cita luhur bangsa ini.
Ini adalah salah satu bentuk keresahan yang saya alami sebagai mahasiswa hari ini, dengan ini juga saya mempertanyakan kemahasiswaanku.
Sudahkan kita melaksanakan peran-peran kita sebagai mahasiswa atau kita hanya acuh di balik layar 5 x 15 cm sambil membaca status teman-teman kita? padahal di beban kita bangsa dan negara ini menitipkan cita-cita agungnya.
Mari bangkit teman-teman yang masih menyebut dirinya mahasiswa.
Salam Mahasiswa!!!
Penulis : Edy Humaedy