GOWA, Suara Jelata—Hamdan Zoelva yang menglaim dirinya sebagai Kordinator Presidum Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) kembali mengeluarkan statement kontraversial dalam pidatonya saat acara pembukaan Rakornas II, di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Minggu, (1/8/2019).
Dalam acara tersebut, Hamdan menegaskan secara organisasi agar hanya mengakui kepemimpinan Arya Kharisma Hardy, sebagai Ketua Umum.
Sementara itu, dia juga meminta kepada Presidium MW KAHMI dan MD KAHMI di seluruh Indonesia untuk tidak mengindahkan hal-hal yang berkenaan dengan Institusi PB HMI di luar kepengurusan Arya.
Pernyataan itu kemudian ditanggapi oleh Direktur LKBHMI Kabupaten Gowa, Muhaimin Malaba, bahwa hal tersebut sangat tendensius.
“Ini tanpa semangat mempersatukan dan seolah mempertegas de–legitimasi hasil Mandataris Kongres HMI ke–30 di Ambon. Yang waktu itu Cabang dan Badko seluruh Indonesia menetapkan R. Saddam Aljihad sebagai formateur terpilih,” katanya.
Lebih Lanjut, Muhaimin tidak melihat ‘Hamdan Effect’ dalam perhelatan Munas KAHMI tahun 2017 lalu, serta dalam hasil perhitungan suara MW dan MD KAHMI di seluruh Indonesia yang menetapkan 9 Presidium KAHMI Nasional namanya jelas tidak ada. Tapi tiba-tiba saat ini menjadi Koordinator Presidium MN KAHMI.
“Sikap tendensius Hamdan Zoelva dan Arya, ini tentu mengingatkan saya tentang idiom (bird of a feather flock together) Burung dengan bulu yang sama akan berkumpul bersama,” ujarnya.
Persoalan lain pasca penetapan agenda Kongres ke-XXXI di Pulau Tidung Kota Palembang terdapat sejumlah oknum MN KAHMI mencoba menjegal Kongres tersebut.
Hal tersebut menuai protes, mulai memasang spanduk di Gedung KAHMI Centre bertuliskan “Kota Palembang tuan rumah Kongres HMI K- XXXI, KAHMI harus panggil Kanda Hamdan Zoelva untuk mempertanyakan niat menggagalkan Kongres”.
“Hamdan Effect akan diuji di kalangan kader HMI terkait sikap arogansinya dalam menolak hasil penetapan Kongres di Palembang dan saya yakin Effect itu tidak akan berlaku di kalangan kader HMI sebab psikologi konstitusi senior terhadap juniornya itu tidak melekat dalam pribadi Hamdan Zoelva,” kuncinya.