OPINI, Suara Jelata— Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi perkaderan yang mempunyai tiga latar belakang yaitu keumatan, kebangsaan dan kemahasiswaan.
Tiga latar belakang ini yang menjadi landasan berdirinya organisasi HMI, selayaknya menjadi pikiran dan renungan seluruh kader HMI itu sendiri.
Berdasarkan sejarah berdirinya HMI dengan berbagai aspek yang melatarbelakangi, justru harus menjadi gambaran keras akan arah perjuangan perkaderan, sesuai dengan anggaran dasar HMI.
Dalam sebuah organisasi, apalagi organisasi HMI, perkaderan adalah ujung tombak dalam organisasi itu. Yaitu dengan adanya pembaharuan dan perubahan akan berjalannya organisasi.
HMI dikenal dengan adanya pemikiran yang kritis, dinamis, dan solutif. Namun, pada kenyataanya sekarang kader HMI itu sendiri sudah mulai hilang akan pemikiran yang kritis, dinamis, dan solutif itu sendiri.
Dalam organisasi HMI, dibahas secara detail tentang independensi. Kata independensi adalah sebuah kata yang harus dan selalu dimiliki oleh organisasi HMI itu dan atau oleh kader HMI itu sendiri.
Kader HMI adalah ujung tombak untuk selalu memperjuangkan hakikat perkaderan yang ada pada organisasi itu. Dengan apa? Dengan selalu mengedapankan akan kepentingan organisasi/kelompok dari pada kepentingan individu/perseorangan.
Kader HMI pada era milenial ini justru banyak yang lupa akan arti dari independensi itu. Pada hakikatnya independensi sudah mulai hilang dalam jiwa kader HMI.
Keruntuhan akan arti independensi pada masa sekarang, sudah mengakar pada setiap individu kader HMI itu. Pada kenyataannya, kader HMI hanya mengenal akan independensi organisatorisnya saja dan tidak memahami akan arti independensi etisnya.
Independensi organisatoris memang sejak lahir sudah dimiliki oleh organisasi HMI. Namun, sekarang sudah mulai terkikis dan sudah mulai buram. Terkikisnya disebabkan tidak lain hanya dengan adanya kepentingan pribadi yang selalu di bawa kedalam organisasi HMI itu sendiri.
Independensi etis pada dasarnya harus dimiliki dan selalu tertanam dalam jiwa kader. Namun, di era milenial ini, kader HMI sudah tidak tahu akan arti independensi etis sendiri. Dengan apa? Yaitu dengan adanya intervensi dari berbagai kalangan.
Terkikisnya akan arti independensi organisatoris dan independensi etis pada tubuh organisasi dan tubuh kader HMI itu sendiri, tidak lain karena penyalahgunaan arah kebijakan dan arah perkaderan yang ada pada organisasi HMI.
Bagaimana cara agar mampu mengembalikan akan arti dan makna independensi organisatoris dan independensi etis itu? Itu adalah pertanyaan besar pada setiap kader HMI yang harus di pikirkan dan harus menjadi bahan kajian pada setiap pertemuan yang di adakan oleh kader HMI.
Garis besar akan pertanyaan diatas adalah kita selaku kader HMI harus mampu memahami akan aturan-aturan yang ada di organisasi itu, baik anggaran dasar, anggaran rumah tangga, pedoman perkaderan, dan aturan lainnya.
Penulis: Fang Iful, Kabid Lingkungan Hidup dan Ham, HMI Cabang Sinjai
Tulisan tersebut diatas merupakan tanggungjawab penuh penulis