OPINI, Suara Jelata– Cinta merupakan rasa yang dimiliki oleh setiap insan, itu sangat lumrah tidak ada yang salah dengan rasa itu, yang salah ketika cinta sudah mulai mengendalikan hidup manusia bahkan akal tidak mampu berfungsi dengan baik akibat cinta yang semu.
Ditengah-tengah peradaban yang terjadi saat ini dimana budaya barat merajalela, pacaran dianggap wajar sementara jomblo dianggap tidak laku atau kurang gaul, coba deh perhatikan ayat yang ada dibawah ini.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra Ayat 32).
Ayat diatas memang tidak secara gamblang mengatakan jangan pacaran, kenapa demikian..? karna pacaran bukanlah satu-satunya perbuatan yang mendekatkan manusia pada perzinahan, namun pacaran merupakan salah satu perbuatan yang akan mendekatkan manusia pada perzinahan.
Andaikan pacaran sesuatu perbuatan yang baik dan mempunyai korelasi dengan Al Qur’an maka hari ini manusia yang mempunyai pacar sudah pasti terlihat dekat dengan AlQur’an tapi kenyataannya tidak demikian bahkan prilaku itu mampu membuat manusia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Akan selalu muncul pembenaran bagi mereka yang masih bergelut dengan perilaku pacaran, sebagai motifasi untuk belajarlah, pacaran syar,i lah dan masih banyak kalimat-kalimat pembenar lainnya.
Padahal mereka berkali-kali galau di selingkuhin sama pasangan kemudian bertengkar akhirnya putus, trus nangis kemudian menguluh dan takjarang para wanita yang putus sama pacarnya bikin status Di media social, “ya Allah jika ini yang tebaik untukku aku terima” padahal sakit itu dia sendiri yang captain.
Besoknya diajak balikan sama pasangannya mau-mau aja, tapi itulah manusia, manusia yang tidak mampu memetik hikmah dibalik musibah yang menimpanya, hawa nafsu yang mengalahkan akal sehat.
Cinta yang semu kebanyakan digeluti oleh para mahasiswa, merka tidak sadar kalau jadi mahasiswa itu berat karna tugas kuliah yang menumpuk kemudian ketajaman analisa harus diasah.
Belum lagi ketika ikut berorganisasi, malah mereka tambah lagi beban fikirannya dengan pacaran, analisa akan semakin tumpul akibat prilaku pacaran karna pikiran yang terbagi menjadi beberapa bagian sehingga tidak terfokus pada satu titik coba deh perhatikan ayat yang ada di bawah ini.
”Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Al-hijr-ayat-39).
Dalam ayat ini tidak secara gamblang mengatakan bahwa iblis akan membuat manusia memandang pacaran itu adalah perbuatan baik karna pacaran bukan satu-satunya perbuatan yang meyesatkan namun pacaran merupakan salah satu dari perbuatan yang menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Laki-laki dan perempuan mempunyai kecendrungan yang sama, sama-sama punya nafsu, sama-sama punya hasrat pacaran adalah prilaku yang mempertemukan keduannya, bukankah sudah banyak wanita yang jadi korban akibat prilaku pacaran.
Mereka hamil diluar nikah apakah bukti-bukti yang seperti ini masih kurang cukup untuk membuktikan bahwa pacaran itu perilaku yang buruk, namun lagi-lagi akan selalu muncul pembenaran.
“Tergantung siapa yang menjalaninya” itu adalah kalimat-kalimat pembenaran, penting sekali untuk mengetahui standarisasi kebenaran agar bias menjadi manusia yang beradab, jika anda seorang muslim yang taat tentu mengetahui apa yang menjadi acuan sebagai standarisasi kebenaran.
Penulis: Musliadi
Profesi: Dosen Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam IAIM Sinjai