PAMEKASAN, Suara Jelata— Menjadi wisudawan terbaik merupakan kebanggaan tersendiri dan rasa syukur yang khidmat kepada Tuhan yang Maha Esa. Tidak banyak orang yang tau dibalik menjadi yang terbaik, ada proses yang panjang dilalui sehingga membuat rasa terharu atas hasil yang diraih.
Seperti yang dirasakan Ismi Nur Azizah, mahasiswi cantik berkacamata asal Desa Pandian, Kecamatan Kota Sumenep dengan memperoleh IPK 3,69.
Ismi Nur Azizah berhasil mendapatkan Predikat IPK terpuji yang lumayan memuasakan pada acara wisuda sarjana ke 30 Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.
Saat diwawancari oleh awak media ini, dia mengungkapkan perasaan campur aduknya menjadi mahasiswa terbaik di Program Studi Pendidikan Agama Islam.
“Perasaannya campur aduk, tapi yang pasti bahagia sekali, karena untuk bisa kuliah saja, butuh perjuangan yang sangat berat. Berbagai ujian dan cobaan datang silih berganti, hampir saja menyerah di tengah jalan” kata Ismi, sapaan akrabnya. Rabu, (07/04/2021).
Namun dibalik itu semua, dia memgatakan, Allah masih berbaik hati menolongnya sehingga dia bisa menyelesaikan studinya.
Mahasiswi yang lulus tepat waktu yakni 3 Tahun 4 bulan ini memberikan tips kepada mahasiswa lainnya rahasia dibalik keberhasilannya tersebut.
“Tipsnya sederhana, tetapkan tujuan. Saya memiliki kebiasaan menulis apa yang saya impikan dalam sebuah kertas, saya tulis daftar apa saja yang menjadi keinginan saya. Dengan begitu, saya akan terus termotivasi untuk mewujudkan impian saya itu, dengan kata lain ada sebuah target yang harus saya susun” jelas Ismi, alumni MAN Sumenep ini.
Dia pun tidak melupakan dibalik orang-orang yang paling berharga yang membuat dirinya bisa berdiri di depan menjadi wisudawati terbaik di Program Studi Pendidikan Agama Islam.
“Tentunya adalah kedua orang tua, mereka adalah alasan saya berjuang selama ini” katanya.
Lebih lanjut, mahasiswi yang dikenal aktif ini menambahkan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan istimewa, namun merasa bersyukur ketika diberikan kepercayaan yang bermanfaat buat dirinya.
“Saya tidak memiliki kemampuan istimewa lainnya di luar kampus. Namun, alhamdulillah saat masih aktif kuliah, saya dipercaya untuk menjadi seorang pendidik di salah satu SMP di Kabupaten Sumenep” terangnya.
Tak hanya itu, dia juga sering mengikuti lomba karya tulis. Entah itu karya tulis penelitian, opini, ataupun esai. Dan diantaranya ada yang terpilih sebagai karya terpilih dalam lomba menulis opini tingkat nasional. Dia mengaku, jika karyanya jarang dipublikasikan, hanya sebagai arsip pribadi saja.
Dirinya pun berpesan, jika telah berhasil dalam satu hal, maka jalanilah dengan penuh tanggung jawab, bersyukur dan tetap rendah hati.
“Jangan menjadikan ketercapaian kita itu sebagai kebanggaan tersendiri, sehingga lupa dengan orang-orang yang telah membantu kita. Jangan menganggap bahwa apa yang kita punya sekarang adalah hasil kerja keras kita saja” kuncinya.