MAGELANG, Suara Jelata— Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah secara geografis cocok untuk berbagai tanaman palawija. Di wilayah ini pun masih kental dengan nilai-nilai tradisi yang lestari turun temurun. Salah satunya adalah tradisi Miwiti atau Wiwitan yang digelar masyarakat setempat saat hendak mengawali panen palawija.
Seperti yang dilakukan masyarakat di Dusun/Desa Krinjing Kecamatan Kajoran. Mereka menggelar tradisi Miwiti yang menandai permulaan panen raya kopi dan palawija, Sabtu (31/07/2021).
Kepala Dusun Krinjing, Nasopi mengatakan kopi dan palawija sebagai hasil utama masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat di Dusun Krinjing berjumlah 40 kepala keluarga hampir semua berkebun kopi.
Keberadaan kopi dari desa berhawa sejuk pegunungan Sikapat ini terkenal karena aroma dan rasanya yang khas. Tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tanaman kopi juga menjadi simbol gotong-royong warga dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Sehingga tradisi Miwiti ini sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang yang masih dilakukan sampai sekarang,” ucapnya di sela prosesi.
Karena pandemi dan masih dalam suasana PPKM maka tradisi yang biasa digelar setiap tahun ini dikemas dalam suasana sederhana. Jika biasanya tradisi Miwiti dilakukan dengan kirab ‘Slametan’ (selamatan) oleh seluruh warga masyarakat. Mereka membawa nasi tumpeng, sega megana dan ingkung ayam.
Semua kelengkapan upacara tradisi itu diarak dari kampung ke kebun kopi untuk didoakan. Sebagai puncak ritual adalah prosesi ‘kembul bujana’ (makan bersama) di tengah-tengah perkebunan kopi milik warga.
Nasopi mengatakan untuk kali ini, prosesi ‘kembul bujana’ diubah dengan melakukan sedekah di Posko PPKM oleh perwakilan sebagian masyarakat dengan tetap protokol kesehatan. Sedangkan ‘sega megana’ (nasi dengan campuran sayuran) serta ingkung ayam diberikan kepada warga masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).
“Tradisi ini tetap dilaksanakan meskipun situasi sedang dalam pembatasan. Tumpeng megana serta ingkung ayam diantar ke rumah warga yang sedang isolasi mandiri karena terpapar Covid-19,” kata Nasopi.
Dikatakan Nasopi, tentunya hal tersebut sangat bermanfaat bagi warga yang sedang menjalankan isoman dan bisa membangkitkan semangat kembali agar bisa segera sehat dan memanen hasil kopi miliknya.
Meski sederhana, prosesi sakral petani kopi ini berlangsung secara khidmad. Tak lupa pula dalam lantunan doa bumi, para perwakilan warga yang hadir ini secara khusus memohon agar masyarakat Indonesia diberi kesehatan dan pandemi Covid-19 segera berlalu.
“Wabah semoga segera sirna segera pulih kembali dan warga Krinjing semua segera sehat dan kopi yang dihasilkan bisa manfaat menjadi penyokong utama penghasilan warga seperti di tahun-tahun sebelum ada pandemi,” harap Nasopi.