NewsSosial

Laris di Tengah Pandemi Covid-19, Bubur Mas Sholeh Sinjai Manfaatkan Media Sosial, Kisahnya Menarik

×

Laris di Tengah Pandemi Covid-19, Bubur Mas Sholeh Sinjai Manfaatkan Media Sosial, Kisahnya Menarik

Sebarkan artikel ini
Andi Yanuari saat melayani pelanggan di Rujab Bupati Sinjai, Bupati dan Ketua PKK Sinjai adalah pelanggan Bubur Mas Soleh, (Dok. Arsip)

Alumni SMA 1 Sinjai ini juga mengungkapkan, salah satu cara mempertahankan kualitas produknya adalah mereview terus menerus kekurangan produk buburnya.

“Intinya terus mencoba memperbaiki kualitas rasa juga bahan jika merasa ada yang kurang. Sekaligus, kami juga menerima masukan-masukan dari pelanggan,” ucapnya.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

Sebelumnya sempat terpikirkan untuk menambah varian rasa khususnya bubur yang menjadi salah satu menu andalan Mas Sholeh.

“Kemarin berencana ingin menambahkan toping keju juga kacang kedelai, namun kurang diminati masyarakat. Di mana, masyarakat lebih menyukai bubur yang original yakni, bubur, dengan toping ayam, telur, kuah, bawang goreng, dan daun seledri,” paparnya.

Biasanya tambah Alumni SD Kajuara ini, untuk satu porsi jika hanya menggunakan telur biasa Rp10 ribu namun, jika menggunakan telur puyuh Rp15 ribu.

Bubur Mas Sholeh ini mulai beroperasi pada pukul 06.00 pagi sampai jam 12.00 siang Wita.

“Saat ini, saya juga mengadakan promo yakni, atas nama Agus selama bulan Agustus mulai tanggal 1 sampai 30 Agustus, itu gratis makan bubur ayam. Hal ini juga merupakan ikut semarak HUT RI. Juga terkadang pada hari Jumat saya berbagi bubur bersama teman-teman, karena kebetulan seperti itu di komunitas tangan kanan juga di Pasukan Amal Sholeh (Paskas),” ujarnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Andi Yanuaril juga tidak memungkiri, adanya pandemi covid-19 ini, tentunya memberi dampak atau pengaruh terhadap pendapatan usahanya.

“Pendapatan saya berkurang bisa sampai 50 persen, hal ini disebabkan ekonomi masyarakat menurun sehingga daya beli juga berkurang. Olehnya itu, dalam sehari hanya mendapatkan pendapatan kisaran Rp500 ribu, juga terkadang Rp300 ribu. Bahkan, sebenarnya sebelum pandemi covid-19 pendapatan saya terkadang di atas Rp500 ribu,” ujarnya.

Terakhir Andi Yanuaril mulai bercerita, awal mulanya membuka usaha bubur ini karena melihat adanya peluang, sekaligus membantu penjual bubur kala itu yang memutuskan untuk pulang kampung.

Lebih lanjut Ia menjelaskan, sebelum Bubur Mas Sholeh ini hadir di tengah-tengah masyarakat, dulu terdapat salah seorang penjual bubur hanya saja tidak beroperasi karena memilih untuk pulang kampung.

“Melihat itu, saya membeli semua peralatan bubur tersebut, mumpung juga dia membutuhkan biaya untuk pulang kampung. Dari situ saya, mulai berjualan bubur,” tuturnya.

Ia mengaku, di awal-awal merasa cukup berat menjalankan usaha tersebut, lantaran harus bangun pagi.

“Namun dengan berjalannya waktu sudah mulai terbiasa. Apalagi, waktu itu di Sinjai belum ada penjual bubur. Olehnya itu, berawal dari keterpaksaan namun, dibalik itu nyatanya Alhamdulillah usaha ini bisa terus beroperasi,” kuncinya.