BeritaDAERAHLifestyleTravel

Banyu Langit Agropark, Wujudkan Destinasi Wisata Berbasis Kearifan Lokal

×

Banyu Langit Agropark, Wujudkan Destinasi Wisata Berbasis Kearifan Lokal

Sebarkan artikel ini

MAGELANG JATENG, Suara Jelata – Kabupaten Magelang Jawa tengah menggairahkan dunia kepariwisataan. Hal itu ditangkap sebagai sebuah peluang oleh beberapa pihak, termasuk Asrofi (45) warga Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.

Wiraswastawan muda ini kemudian memanfaatkan lahan pribadi dan keluarganya untuk disulap menjadi obyek wisata. Di lokasi ini ada sumber air yang kemudian dimanfaatkan untuk pendukung wahana air di obyek wisata yang diberi nama Banyu Langit Agropark ini. Lokasi wisata baru ini di Dusun/Desa Kleteran Kecamatan Grabag.

Scroll untuk lanjut membaca
Scroll untuk lanjut membaca

“Karena sumber air berada di bawah, sementara wahana air ada di atas, maka kami naikkan menggunakan mesin diesel,” kata Asrofi, Rabu (25/05/2022).

Asrofi mengaku pembangunan Banyu Langit Agropark dimulai sejak awal pandemi Covid-19 sekitar dua tahun lalu. Melihat para tetangga yang berprofesi sebagai tukang batu/kayu di luar daerah terpaksa berhenti akibat pandemi, diajaklah mereka bekerja di lokasi calon tempat wisata.

Sekitar satu setengah tahun mulai terwujud Banyu Langit Agropark, namun belum resmi dibuka mengingat perizinan dan masa pandemi masih melanda. Meski demikian, mulai berdatangan para pengunjung ke obyek wahana air itu, bahkan dari luar daerah.

“Maka kami pun menyampaikan laporan ke pihak berwenang seperti jajaran Forkopimcam Grabag. Akhirnya kami diberi kelonggaran dengan tetap wajib menaati peraturan pemerintah terkait pembatasan kegiatan masyarakat di masa pandemi. Bahkan setelah ke pihak pemerintah tingkat kecamatan, kami instansi terkait di tingkat kabupaten,” tutur Asrofi.

Diungkapkan Asrofi, banyaknya pengunjung ternyata akibat adanya unggahan video atau foto melalui media sosial, baik itu YouTube, Facebook, maupun Instagram.

“Rupanya para pengunjung awal inilah yang mengunggah Banyu Langit Agropark ke media sosial. Akhirnya semakin banyak yang datang dari warga lokal Magelang, bahkan dari luar daerah, seperti Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, dan Temanggung,” ungkapnya.

Untuk mencegah lonjakan pengunjung karena izin resmi operasional masih dalam proses, Asrofi membuat larangan dan imbauan di lokasi wisata. Seperti mengambil gambar atau video agar tak diunggah ke media sosial.

“Kami juga memasang imbauan untuk disiplin protokol kesehatan. Larangan dan imbauan kami pasang di tempat-tempat strategis di lokasi,” terang Asrofi.

Banyu Langit Agropark seluas 1,5 hektare ini terus berbenah sambil menunggu izin resmi operasional turun. Sekitar 30 orang dari warga setempat terlibat dalam pembangunan dan pengembangan tempat wisata ini.

Destinasi wisata ini memiliki wahana air anak-anak maupun orang dewasa, flying fox, area outbond, camping ground. Juga tanaman buah yang mulai merimbun, gardu pandang, area edukasi agro, kolam ikan, puluhan kamar bilas, mushala dan kantin.

“Untuk wahana air, kita murni gunakan air alami tanpa bahan kimia. Sehingga untuk menjaga kebersihan dan kesehatan air, kolam kita kuras setiap sore hari, kita ganti air yang baru,” jelasnya.

Di akhir, Asrofi menandaskan dengan niat tulus ibadah, dia ingin Banyu Langit Agropark menjadi tempat wisata yang terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah.

“Maka tarif masuk pun cukup sepuluh ribu rupiah. Bahkan secara berkelompok, peminat camping ground sudah include menikmati Agropark,” pungkas Asrofi. (*)