SINJAI, Suara Jelata— Warga mengeluhkan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) menggunakan aplikasi MyPertamina di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Alenangka, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai. Kamis, (22/9/2022).
Pasalnya, setiap pelanggan yang ingin membeli pertalite dan solar harus memiliki akun di aplikasi MyPertamina atau daftar di https://subsiditepat.mypertamina.id/.
Kebijakan ini diharapkan bisa membuat penyaluran BBM subsidi tersebut tepat sasaran. Sebab, data yang ada di aplikasi akan menunjukkan pembeli berhak mendapatkan BBM subsidi atau tidak.
Sitti Nur Annisa, siswi di Kecamatan Sinjai Selatan mengaku bahwa biasanya mereka tidak antri kalau mengisi bensin, tapi ada aturan baru jadi antri lebih lama lagi dan pulang dari sekolah terlambat.
Kebijakan baru ini dianggap sangat menyusahkan oleh sebagian masyarakat, termasuk para siswa-siswi sehingga membuat antrian di pom bensin makin panjang hingga tidak bersahabat dengan masyarakat yang gagap teknologi.
“Menyusahkan sekali kalau sinyalnya jelek bagaimana? Kalau yang tidak punya smartphone bagaimana? Memang juga ada jaminan data kita terlindungi. Kebanyakan masukin data di aplikasi sekarang jadi makin ngeri” kata Sitti Nur Annisa.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muhammad Arham, pemuda setempat mengatakan bahwa kebijakan ini tidak sinkron dengan aturan Pertamina yang melarang pelanggan menggunakan handphone saat membeli BBM.
“Pasti memperlama proses membeli bensin. Jadinya harus scan dulu, apa dulu, plus ini bertentangan juga sama larangan pakai hp di pom bensin. Kita dilarang pakai hp selama isi bensin, tapi harus memakai pakai aplikasi MyPertamina. Tidak ketemu logikanya,” curhatnya.
Irfandi, selaku Guru mengatakan bahwa kebijakan ini tidak memikirkan masyarakat yang tidak memiliki smartphone atau mereka yang tidak fasih menggunakannya.
“Misalnya, seperti kami yang punya pekerjaan setiap pagi untuk mengajar ke sekolah tetapi karena antrian dan harus menggunakan aplikasi MyPertamina akhirnya terlambat ke sekolah” ungkap Irfandi.
“Saya sepakat konsumsi BBM murah memang harus dikonsumsi oleh orang yang berhak, niatnya bagus hanya saja implementasinya yang saya takut bikin chaos. Misalnya, pelanggan yang tidak punya ponsel tapi dia berhak. Nah itu harus bagaimana?,” jelasnya.
Salah satu masyarakat, Amiruddin mengatakan aturan ini tidak bersahabat bagi masyarakat yang tidak memiliki smartphone ataupun orang tua yang tidak mengerti teknologi.
“Pertamina juga harus memperhatikan orang-orang tua yang gagap teknologi, seperti misalnya petani yang punya kebutuhan akan BBM seperti pertalite tapi sulit mendaftar. Ini yang harus diperhatikan,” tegasnya.
Namun saat dikonfirmasi ke Suhartini Nur, selaku Pengelola SPBU Alenangka, dia enggan berkomentar tentang penggunaan Aplikasi MyPertamina ini.