Nganjuk, Suara Jelata–Sebagai wilayah yang memiliki struktur tanah produktif dalam kegiatan bertani, Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu penghasil singkong di wilayah Jawa Timur dengan potensi hasil tanam yang berlimpah, seperti bagi warga Dusun Semen, Desa Musir Kidul, Kabupaten Nganjuk mengolah hasil panen singkong menjadi makanan tape khas Dusun Semen. Rabu, (29/03/2024).
Dari keunikan rasa dan pembuatan tape singkong inilah yang membuat mahasiswa UPNV Jawa Timur melakukan survey pada Senin, 27 Maret 2022.
Survey ini bertujuan untuk melihat proses pembuatan tape singkong hingga siap dipasarkan. Proses pertama yang dilakukan yaitu mengupas dan memotong singkong menjadi beberapa bagian kecil. Kemudian, singkong yang sudah dikupas dan dipotong dicuci hingga bersih dengan air mengalir. Singkong yang sudah bersih direbus hingga empuk.
Aning, salah satu pelaku UMKM tape singkong khas Dusun Semen mengungkapkan bahwa tape singkong merupakan salah satu makanan berbahan dasar singkong yang digemari oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai jenis dan tekstur.
“Tape khas Dusun Semen memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan tape lainnya. Bentuk tape juga memiliki potongan singkong lebih kecil dan
manis. Selain itu, proses memasak tape juga berbeda dengan tape lain,” ungkapnya.
Lanjut Aning, menjelaskan bahwa dalam proses merebus singkong, tangan harus berada dalam kondisi bersih tanpa kontaminasi bahan-bahan berbau seperti parfum dan sabun.
“Proses merebus singkong inilah yang menjadikan tape yang dihasilkan berbeda dengan tape daerah lainnya. Merebus singkong membuat tape yang dihasilkan menjadi lebih lembut dan mudah ditelan. Setelah singkong selesai direbus, dilakukan proses peragian dengan teknik khusus,” tambahnya.
Pembungkusan tape menggunakan daun pisang dan harus dilakukan sebanyak lima kali dan dalam 1 kali diberikan sebanyak 6 ragi ditambah dengan gula. Singkong yang selesai diberi ragi dimasukkan dalam keranjang bambu kecil berbentuk kandang ayam dan tinggal menunggu hingga 2 hari sampai tape siap makan.
Dari usaha tape singkong tersebut, Aning dapat maraup omset sebanyak Rp. 12.000.000/bulan. Akan tetapi, untuk pemasaran masih mengalami kendala, mengingat tape hanya bertahan 2 hari setelah tape mulai masak.
“Keadaan juga lebih sulit ketika musim penghujan karena harus membeli bahan baku dari Provinsi Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh kualitas singkong yang menurun ketika musim penghujan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Aning berharap mahasiswa kelompok 67 UPNVJT dapat membantu proses pemasaran tape agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen.
Oleh karena itu,mahasiswa Kelompok 67 akan terus semangat dan memberikan kontribusi nyata dalam kegiatan KKN Tematik di Desa Musir Kidul untuk mengoptimalkan pengembangan UMKM tape khas Dusun Semen Desa Musir Kidul.