KOTA MAGELANG JATENG, Suara Jelata – Kota Magelang, Jawa Tengah sarat akan peninggalan bersejarah, seperti banyaknya bangunan yang didirikan pada masa Kolonial Belanda. Salah satunya adalah bangunan irigasi yang dikenal dengan sebutan Kali Kotak, yang kini usianya mendekati 2 abad.
Disebut Kali Kotak karena bentuknya kotak-kotak, sementara masyarakat setempat dahulu menyebutnya Pal-palan, karena bangunan irigasi ini selain kotak juga bersekat-sekat. Saluran irigasi ini membelah Kota Magelang yang tepatnya bernama irigasi Progo-Manggis, yang dulu ada tulisan selesai dibangun tahun 1826 dan pernah ambrol pada tahun 1930.
Kali Kotak dapat kita jumpai di Jalan Manggis, tepatnya di Kampung Pondok, Kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Jika melewati jalan itu, kita bisa menjumpai saluran air yang terbuat dari beton berbentuk kotak.
Saluran tersebut memanjang dan mengikuti lekuk jalan tersebut. Letaknya yang lebih tinggi dari jalan menjadikan saluran ini seperti tembok yang memagari jalan tersebut.
Ada sebuah prasasti yang bertuliskan tanggal 1 Oktober – 31 Desember 1930. Dari sumber sejarah menyebutkan tanggal tersebut merupakan tanggal direhabnya saluran tersebut, sehingga terlihat seperti sekarang.
Menukil dari Blog Kota Toea Magelang (30/03/2011) yang ditulis pemerhati Kota Toea, Ryan Adhyatma disebutkan, Kota Magelang dahulunya merupakan daerah yang kering dan tidak bisa teraliri air. Namun usai Perang Diponegoro, Magelang sebagai Government Settlement tepatnya tahun 1830 mulai membangun saluran air untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan.
Hal itu dilakukan untuk mewujudkan kepentingan Belanda. Saat itu Magelang dijadikan daerah untuk mengumpulkan hasil perkebunan yang akan dibawa ke Semarang. Hal itu karena di Semarang ada pelabuhan, maka dijadikan kota distribusi hasil pertanian dan perkebunan dari daerah lain termasuk Magelang.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda membangun saluran air Progo-Manggis (Manggis Leiding). Saluran ini yang melewati daerah Temanggung dan Magelang (pada perkembangan selanjutnya ada Kabupaten Magelang dan Kota Magelang).
Saluran Progo-Manggis memanjang dari Temanggung hingga Mertoyudan, Kabupaten Magelang melintasi tengah Kota Magelang. Sumber air dari saluran tersebut diambilkan dari Sungai Progo di Dusun Kuncen, Desa Badran, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung.
Menurut Ketua Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana, terbentuknya saluran irigasi Progo-Manggis tersebut tidak lepas dari jasa Kyai Gejayan. Disebutkan, saat itu Kyai Gejayan ditantang oleh Belanda, jika bisa mengalirkan air Sungai Progo ke Magelang, Belanda akan membeli air tersebut.
Akhirnya Kyai Gejayan tersebut berhasil membuat Bendung Badran, sehingga air bisa mengaliri saluran Kali Manggis dan akhirnya sampai Magelang.
“Namun Belanda tidak menepati janjinya hingga sang Kyai meninggal. Sekarang jasadnya dimakamkan di Tegalrejo, Kabupaten Magelang,” lanjutnya.
Berdasarkan catatan salah seorang saksi sejarah dan tokoh masyarakat yang bernama Soekimin Adiwiratmoko. Saluran Progo Manggis ini mulai dibangun 1857. Saluran ini dibangun untuk mengairi sawah di daerah Secang dan perkebunan tebu milik Belanda di Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
“Ada juga sumber lain yang menyebutkan saluran tersebut dibangun pada 1895,” ujar Ketua Komunitas Kota Toea, Bagus Priyatna, Sabtu (09/12/2023).
Sedangkan saluran air yang ada di Kota Magelang digunakan untuk menggelontor limbah rumah tangga dan saluran air kota (Boog Leiding) dan juga untuk menyirami taman kota. Selain itu saluran ini juga untuk mengantisipasi bencana kebakaran, karena pada masa itu mayoritas rumah milik warga terbuat dari bambu sehingga mudah terbakar.
Pada saat dibangun, saluran ini dibuat dari plat dan kerangka yang terbuat dari besi. Namun karena tidak kuat menahan arus air, maka pada tahun 1911 dilakukan renovasi. Renovasi dilakukan pada jembatan air atau banyak orang menyebutnya talang. Renovasi tersebut dikerjakan sepanjang 125 meter di Dusun Bolang, Badran Temanggung.
Menurut cerita rakyat setempat, proses pengerjaan ini dikerjakan oleh Tuan Ventros, seorang Belanda. Dalam pelaksanaannya, kualitas sangat diperhatikan, material seperti pasir dan batu koral yang dipakai untuk bahan bligon harus dicuci tidak boleh ada kotoran sama sekali.
Itulah sekelumit sejarah bangunan Kali Kotak atau saluran irigasi Progo-Manggis. Irigasi Progo-Manggis sampai saat ini memberi manfaat untuk pengairan lahan pertanian di daerah Kota dan Kabupaten Magelang. Semoga tulisan ini memberi wawasan sejarah bagi kaum muda, khususnya para pecinta sejarah dan pembaca di tanah air. (Nar)